Tokoh itu dekat. Hah, dekat apa, dekat siapa? Dekat dengan siapa saja, namanya manusia, tokoh itu dekat. Orang dekat dia, dia dekat orang. Tokoh dekat dengan apa saja. Ular pun dekat dia, dia tidak ganggu. Hai ngeri sekali. Jadi tokoh dekat dengan semua benda, semua barang dan semua hal? Benar, tokoh sangat dekat dengan kejahatan, tapi dia tidak jahat.
Tokoh dekat dengan semua yang baik dan buruk, karena dia ada NAFSU justru untuk nikmati yang baik dan jauhi yang jahat. Dia dekat dengan racun, tapi dia tidak makan. Tokoh dekat dengan bulan, bintang dan matahari, karena dengan NALAR dia tahu bahwa benda-benda langit ada sebagai bahagian dari kehidupan diri dan sesama di dunia ini.
Tokoh dekat dengan semua manusia baik dekat maupun jauh karena NALURI tokoh sadar bahwa dirinya dan sesama manusia yang lain sama-sama hasil ciptaan dari DIA, Sang Pencipta. NURANI sang tokoh dekat dan sangat dekat dengan DIA dalam samadi dan doa, puasa dan ugahari. Dekat dalam arti ini. Tokoh dekat dengan apa saja dan siapa saja, terutama TUHAN.
Ini karya 4N (Kwdaran Bele, 2011) yang TUHAN anugerahkan pada diri tokoh, pada diri saya, diri anda, diri dia, diri kita semua. O yaaa? Ini benar. Kitalah tokoh itu.
Tokoh jauh dari manusia. Itu bukan tokoh. Biar bertapa di hutan belantara, di lereng gunung tinggi, dalam tembok biara yang sunyi, tokoh itu bawa dalam dirinya semua orang, dia dekat dengan semua orang, dia rangkul alam semesta, karena ada tokoh yang cara dekat dengan alam dan sesama itu dengan asingkan diri, bukan diasingkan.
Tokoh yang jauh dan menjauhkan orang dengan sengaja atas dasar tidak suka, maka dia sudah bukan tokoh lagi. Perlu segera bertobat dan kembali rebut martabat dirinya sebagai tokoh yang dekat, ada bersama sesama di alam dunia ini.
Tokoh itu dekat dengan kematian. Umumnya kita ogah bicara kematian. Padahal kematian bukan kengerian, kematian adalah saat wisuda, saat pengumuman lulus-tidaknya kita dalam ujian hidup.
Lulus tidaknya kita dalam ujian hidup ini dientukan oleh kita, bukan oleh orang lain, atau oleh Pencipta kita. Orang lain susun soal ujian untuk kita dalam pengawasan Sang Penguji Ilahi.
Kita tinggal berupaya kerjakan soal, untuk lulus, bukan lolos. Tiap soal hidup yang kita selesaikan, saat itu pula kita dekat dengan kematian, saat selesai sekolah kehidupan, saat kita diberi kalung kemenangan dan topi kesarjanaan dan diumumkan kelulusan, 'cum laude' atau 'summa cum laude'. Dan saat itu, tokoh bukan dekat lagi, tapi langsung ada dalam kehidupan yang asli, kekal abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H