Setiap orang ada mama. Dari mama kita ada. Karena mama kita hidup. Di pulau Timor, suku Buna' mempunyai tradisi, sistem keturunan menurut garis mama. Matrilineal. Perkawinan pun matrilokal. Sang suami tinggal di rumah suku isteri. Anak-anak semua ikut mama. Kalau seorang suami kematian isterinya, maka laki-laki ini kembali ke rumah mamanya, meninggalkan anak-anak dan segala yang pernah dihasilkan bersama isteri si almarhumah.
Tanaman yang ada tidak boleh dipetik lagi hasilnya. Itu hak anak-anak dan keluarga sang isteri. Hewan piaraan pun ditinggalkan semua dan biasa dikatakan secara adat, laki-laki pulang kembali ke sukunya dengan pakaian di badan.
Sampai sekarang, tahun 2020-an, adat ini masih tetap berlaku sehingga kalangan generasi muda suku Buna' sering melontarkan ide, di suku Buna' perlu ada emansipasi laki-laki di mana hak laki-laki harus disamakan dengan hak perempuan. Sistem perkawinan seperti ini yang menyebabkan cukup banyak pemuda dari suku Buna' ini merantau dan mengambil isteri dari etnis lain. Suatu pemberontakan terselubung terhadap adat istiadat asli suku Buna oleh putera-putera suku Buna'.
Sebenarnya ada sistem perkawinan yang lain yang sudah jarang dipraktekkan oleh orang-orang suku Buna' yaitu 'patrilinieal', isteri dan anak-anak masuk suku bapa. Tapi sistem ini membutuhkan biaya yang sangat mahal maka jarang dipraktekkan.
Dalam sistem patrilineal ini pun posisi perempuan sangat dijunjung tinggi, malahan perempuan yang datang menjadi anggota suku suami ini, diistimewakan lebih dari semua perempuan lain dalam suku rumah itu dan dibebaskan dari berbagai pekerjaan berat yang biasa dilakukan oleh kaum perempuan pada umumnya. Posisi kaum perempuan di kalangan suku Buna' ini sangat tinggi baik dalam sistem matrilineal maupun patrilineal karena dasar filsafatnya ialah: karena mama kita hidup.
Peristiwa melahirkan dianggap sebagai perjuangan antara hidup dan mati. Mama siap serahkan nyawa demi anak yang akan dilahirkan. Seorang suami kalau pernah berkata kasar sama isteri, hukuman adat sangat berat. Apa lagi kalau memukul isteri. Si suami akan berhadapan dengan pengadilan adat dan dikenakan denda yang berat.
Adat penghargaan yang tinggi terhadap mama ini menyebabkan di kalangan suku Buna' jarang menemukan kekerasan terhadap isteri. Memaki atau memukul isteri, sama buruk dan sama berat dengan memaki atau memukul mama kandung sendiri. Isteri adalah pengganti mama. Gelar untuk mama dalam bahasa Buna', 'Liurai Lotu', 'Ratu yang halus'. Perlakuan terhadap 'Ratu' ini harus halus, sopan.
Adat ini menanamkan kesadaran dalam NAFSU yang terkendali untuk menghormati mama. NALAR mengingatkan selalu tentang budi mama yang mengutamakan kepentingan bapa dan anak. Dengan adanya mama, NALURI untuk menjalin kekerabatan tetap terpelihara. Dalam NURANI selalu terngiang kasih mama sebagai pelanjut hidup yang diberikan oleh SANG PEMBERI HIDUP. Mama penyalur hidup. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H