Lihat ke Halaman Asli

Lebih Suka Jadi Pengelana Dunia Kata atau Penjelajah Alam Nyata?

Diperbarui: 6 Februari 2018   13:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pixabay.com

Seorang kawan bertanya apakah saya ini kutu buku yang suka membaca novel. Saya jelaskan padanya bahwa saya bukan kutu buku. Sebab, saya lebih suka membaca ayat-ayat basah daripada membaca ayat-ayat kering.Jawaban itu membuatnya mengangkat alis, ditanya tentang buku kok malah menyebut-nyebut ayat. Kalau ayat-ayat Al Qur'an sih ia mengerti. Ada satu milyar lebih manusia yang saat ini hidup di bumi menjadikan Al Qur'an sebagai kitab suci. Ayat-Ayat Setan, yang ditulis oleh setan itu, ia juga pernah dengar. Dulu media massa pernah mewartakannya dengan sangat gencar. Ayat-Ayat Cinta, yang menjadi trendsetter novel religi itu, ia malah sudah beberapa kali nonton filmnya. Kalau ayat-ayat kering dan ayat-ayat basah, itu tanda tanya besar baginya, sebab seumur-umur ia belum pernah dengar.

Buku adalah setumpuk kertas yang dibendel jadi satu. Kertas-kertas itu biasanya ditempeli tinta dengan cara tertentu, secara manual ataupun pakai mesin. Tinta hitam atau warna-warni tersebut membentuk bangun-bangun tertentu berupa perpaduan garis lurus, garis lengkung, dan titik yang lazim disebut sebagai abjad, angka, dan ilustrasi gambar.

Abjad, angka, dan ilustrasi gambar adalah simbol tertulis yang disepakati oleh sekelompok orang untuk melambangkan sesuatu. Apapun itu. Bisa dijadikan lambang dari sesuatu yang konkrit maupun yang gaib, jasmani maupun ruhani, nyata maupun khayal, fisikal maupun digital.

Simbol tertulis itu merupakan pengembangan dari sistem tanda yang lebih awal dikenal oleh manusia, yakni variasi bunyi-bunyi ujaran tertentu yang dikeluarkan oleh alat ucap dan aneka bentuk isyarat yang dibuat menggunakan gestur dan pola gerak anggota badan. Oleh karenanya simbol tertulis itu memiliki padanan berupa simbol lisan dan simbol gerakan.

Sejak dahulu kala di alam semesta ini telah banyak kelompok yang pernah dibuat oleh manusia. Setiap kelompok mengembangkan sendiri sistem perlambangan unik masing-masing. Itulah sebabnya hari ini kita bisa berjumpa dengan ratusan orang yang berbicara dalam bahasa yang berbeda dan menulis dengan huruf yang berbeda pula antara yang satu dengan yang lainnya.

Nah, seluruh simbol yang dibuat oleh manusia inilah, yang selama ini kita kenali sebagai bahasa, yang dimaksud dengan ayat-ayat kering.

Dipahat di batu sebagai prasasti, diukir di kayu, ditorehkan di pelepah kurma, dilukis di kanvas, disemprotkan dengan cat ke dinding, ditulis di kertas, atau ditampilkan di layar digital, semua itu adalah ayat-ayat kering.

Sama saja. Dituturkan dengan lisan atau diperagakan dengan aneka gestur dan pola gerak anggota badan, semua itu adalah ayat-ayat kering. Semua itu hanyalah lambang, ibarat, wakil, atau perumpamaan dari sesuatu yang lain.

Kata "batu" yang kauucap dengan lisanmu tidak akan membuat kesandung kaki siapapun.

Singa garang yang terpampang di sehelai foto tak bisa mengaum dan tak bisa pula menerkam rusa.

Pisau sangat tajam yang tertayang di layar laptopmu tidak bisa kaupakai mengupas mangga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline