Lihat ke Halaman Asli

Ibu, Penjaga Langit di Mataku

Diperbarui: 22 Desember 2024   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibuku usia 70 tahun masih semangat bermain angklung - dokpri

Di atas tilam waktu yang memudar
kulihat bayangmu, Ibu, membentang tanpa lelah
menyulam malam dengan doa yang tak terdengar
mengangkat beban yang tak pernah kau kisahkan

Tubuhmu kian ringkih
namun pelukmu tetap kokoh bagai akar
menyematkan hidup pada ranting-ranting rapuhku
mengusir dingin yang coba merajam

Ibu, adakah kau lupa
bagaimana dulu kau merelakan tidurmu
demi tangis kecil yang memanggil?
Aku yang kini berdiri
tak pernah cukup mengucap terima kasih
pada peluh yang menjadi hujan rezeki

Namun waktu tak berpihak
kau, penjaga langit di mataku
perlahan menua dalam sunyi
terus memberi meski dunia menutup mata

Dan aku
terkadang lupa menggenggam tanganmu
terlalu sibuk mengejar mimpi
hingga melupakan detak yang pernah kau titipkan

Ibu, izinkan aku bersujud
pada telapak kakimu yang retak
biarkan air mataku menjadi sungai kecil
yang membersihkan luka di hatimu

Jika suatu saat kau pergi
ambillah seluruh bahagiaku bersamamu
karena tanpamu, Ibu
aku hanya debu yang hilang diterbangkan waktu

Hari ini, di bawah langit redup
aku berdoa pada angin
semoga cintamu kekal
dan aku selalu mampu mengenangmu
dengan setiap hela nafasku

F. Dafrosa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline