Di atas tilam waktu yang memudar
kulihat bayangmu, Ibu, membentang tanpa lelah
menyulam malam dengan doa yang tak terdengar
mengangkat beban yang tak pernah kau kisahkan
Tubuhmu kian ringkih
namun pelukmu tetap kokoh bagai akar
menyematkan hidup pada ranting-ranting rapuhku
mengusir dingin yang coba merajam
Ibu, adakah kau lupa
bagaimana dulu kau merelakan tidurmu
demi tangis kecil yang memanggil?
Aku yang kini berdiri
tak pernah cukup mengucap terima kasih
pada peluh yang menjadi hujan rezeki
Namun waktu tak berpihak
kau, penjaga langit di mataku
perlahan menua dalam sunyi
terus memberi meski dunia menutup mata
Dan aku
terkadang lupa menggenggam tanganmu
terlalu sibuk mengejar mimpi
hingga melupakan detak yang pernah kau titipkan
Ibu, izinkan aku bersujud
pada telapak kakimu yang retak
biarkan air mataku menjadi sungai kecil
yang membersihkan luka di hatimu
Jika suatu saat kau pergi
ambillah seluruh bahagiaku bersamamu
karena tanpamu, Ibu
aku hanya debu yang hilang diterbangkan waktu
Hari ini, di bawah langit redup
aku berdoa pada angin
semoga cintamu kekal
dan aku selalu mampu mengenangmu
dengan setiap hela nafasku
F. Dafrosa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H