Lihat ke Halaman Asli

Remaja Jompo: Mengejar Mimpi atau Menjaga Hidup?

Diperbarui: 19 Desember 2024   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pixabay.com/photos/entrepreneur-computer-men-office-2326419/


Pernahkah sahabat kompasiana merasa badan mulai protes, padahal umur masih di bawah 30? Pegal di pundak, tidur tak nyenyak, kepala nyut-nyutan, dan rasanya energi habis bahkan sebelum hari dimulai. Fenomena ini sering disebut remaja jompo---istilah gaul untuk menggambarkan kondisi fisik anak muda yang mulai menua sebelum waktunya. Ironisnya, semua ini sering kali datang dari ambisi kita sendiri: mengejar karier, membangun nama, dan mencari "kesuksesan" di kota besar.

Tapi, pernahkah terlintas pertanyaan, apa artinya semua itu kalau badan dan pikiran sudah tak sanggup lagi?

Antara Impian dan Kenyataan

Kita semua punya mimpi. Bekerja di perusahaan besar, naik jabatan, punya karier cemerlang, atau bahkan membangun bisnis sendiri. Terutama di kota besar, persaingan terasa seperti maraton tanpa garis finish. Kita diajarkan bahwa bekerja keras adalah jalan menuju kesuksesan, dan sering kali "hard work pays off" menjadi mantra sehari-hari.

Namun, ada harga yang harus dibayar. Kerja lembur, kurang tidur, skip makan sehat, hingga waktu istirahat yang minim membuat tubuh kita pelan-pelan menyerah. Tak jarang, rutinitas ini justru menciptakan generasi muda yang secara fisik terlihat bugar, tetapi secara mental dan emosional kelelahan.

Apa yang Salah?

Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan ambisi. Masalahnya adalah cara kita mengejarnya. Di era serba cepat ini, ada tekanan besar untuk selalu produktif. "Kalau nggak sibuk, berarti nggak maju," begitu kira-kira stigma yang sering muncul. Alhasil, banyak dari kita yang merasa bersalah ketika mengambil waktu untuk istirahat atau menikmati hidup.

Namun, manusia bukan mesin. Tubuh dan pikiran kita punya batasan. Sayangnya, batasan ini sering kali diabaikan demi target-target yang terlihat bagus di atas kertas.

Kualitas Hidup yang Terlupakan

Ketika kita terlalu fokus pada karier, kualitas hidup sering jadi prioritas kedua. Padahal, kesehatan fisik dan mental adalah fondasi dari semua hal. Apa gunanya punya gaji besar atau posisi tinggi kalau setiap harinya kita merasa lelah, stres, dan kehilangan kebahagiaan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline