"Bu Mirna, anaknya itu loh, kejar-kejar kucing lagi! Awas jatuh!" seru Bu Tini dengan nada tinggi, setengah memberi peringatan, setengah menunjukkan dirinya lebih sigap.
Mirna yang tengah sibuk mencoba menenangkan Arka, bayinya yang menangis kencang, langsung menoleh ke arah Dika. Bocah 3 tahun itu memang sedang berlari-lari mengejar kucing abu-abu posyandu sambil tertawa keras.
"Dika! Stop, Nak! Jangan ganggu kucingnya!" Mirna setengah berteriak, namun Dika hanya melambai dan semakin semangat mengejar si kucing yang tampak bingung mencari tempat sembunyi.
"Dasar anak-anak, memang suka repot! Coba, Bu Mirna, lebih sering ikut parenting class, anaknya bisa lebih anteng, loh," lanjut Bu Tini dengan senyum sinis.
Mirna menarik napas panjang, menatap Bu Tini dengan tatapan lelah, lalu kembali fokus ke Arka yang tiba-tiba menarik rambutnya sambil menangis semakin keras. Di tengah kekacauan itu, terdengar suara ketua posyandu, Bu Lilis, memulai sesi penyuluhan.
"Ibu-ibu, mari kita fokus! Program makan ikan kaleng ini penting untuk meningkatkan gizi anak-anak. Silakan buka kalengnya dan coba makanan yang disediakan!"
Mirna akhirnya berhasil menenangkan Arka dengan menggoyang-goyangkannya perlahan. Tapi baru saja ia duduk, Dika sudah kembali dengan wajah penuh kotoran tanah.
"Ibu, aku nemu ikan robot!" serunya sambil menunjuk kaleng di meja.
"Itu ikan kaleng, Dika, bukan robot!" jawab Mirna sambil menghapus wajah Dika dengan tisu.
Namun Dika menggeleng keras. "Enggak mau makan, ikan robot bau! Ih, jijik!"