Lihat ke Halaman Asli

Lonely Marriage: Apa yang Dilihat dan Dirasakan Anak

Diperbarui: 26 Oktober 2024   17:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com


"Pernahkah kamu merasa kesepian di tengah keramaian? Bayangkan jika anak-anak kita yang merasakan hal itu di rumah mereka sendiri."

Anak-anak adalah saksi bisu dari berbagai hal yang terjadi dalam keluarga, termasuk pernikahan orang tua. Bagi sebagian orang tua, mempertahankan pernikahan demi anak-anak adalah pilihan logis. Namun, banyak yang tidak menyadari dampak dari apa yang disebut sebagai lonely marriage ketika pernikahan terus berjalan tanpa kehangatan atau komunikasi yang baik terhadap perkembangan emosional dan mental anak-anak.

Apa Itu Lonely Marriage?

Lonely marriage adalah kondisi di mana dua individu dalam pernikahan tetap bersama secara fisik tetapi terpisah secara emosional. Kita mungkin tetap berbagi rumah, kegiatan sehari-hari, bahkan keuangan, tetapi rasa cinta, perhatian, dan koneksi yang hangat sudah hilang. Kita lebih seperti dua orang asing yang hidup bersama untuk memenuhi kewajiban atau "demi anak-anak." 

Namun, yang sering terlupakan adalah anak-anak sangat sensitif terhadap lingkungan emosional di sekitar mereka. Mereka mampu menangkap perasaan yang tidak diungkapkan, melihat ekspresi, bahasa tubuh, dan interaksi orang tua. Anak-anak ini mungkin tidak secara verbal menyatakan bahwa mereka merasakan ada yang "salah," tetapi tanda-tanda emosional dan perilaku yang muncul dapat menunjukkan dampak yang dalam.

 Apa yang Dilihat dan Dirasakan Anak dari Lonely Marriage?

1. Kehilangan Rasa Aman
   - Dalam sebuah studi dari American Psychological Association, anak-anak yang tumbuh dalam rumah tangga dengan ketidakbahagiaan pernikahan cenderung mengalami rasa tidak aman dan cemas. Anak-anak sering merasa takut atau bingung jika tidak memahami mengapa orang tua mereka tidak saling menyayangi seperti pasangan lain yang mereka lihat. Mereka mungkin mulai mempertanyakan konsep cinta, pernikahan, dan keluarga.

2. Menjadi "Penjaga Damai"
   - Banyak anak dalam keluarga yang penuh ketegangan emosional merasa harus menjadi penjaga damai atau penghibur bagi orang tua mereka. Misalnya, seorang anak mungkin mencoba bertindak manis atau melakukan tindakan yang diharapkan dapat mengalihkan perhatian orang tua dari konflik. Mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan suasana hati orang tua, mengesampingkan perasaan mereka sendiri demi menjaga kedamaian keluarga. Hal ini dapat menyebabkan beban emosional yang berat di usia yang seharusnya masih bebas bermain dan bereksplorasi.

3. Meniru Pola Komunikasi yang Tidak Sehat
   - Sebuah penelitian oleh University of California menemukan bahwa anak-anak yang melihat orang tua berinteraksi tanpa rasa cinta atau kehangatan cenderung mengadopsi pola komunikasi yang sama. Mereka belajar dari contoh orang tua, dan tanpa sadar mengembangkan cara berkomunikasi yang tertutup atau defensif. Akibatnya, saat dewasa, mereka bisa kesulitan membangun hubungan yang sehat dan terbuka dengan orang lain.

4. Perasaan Terabaikan
   - Orang tua yang terjebak dalam lonely marriage sering kali sibuk dengan masalah pribadi atau emosional mereka sendiri sehingga anak-anak merasa diabaikan. Tanpa disadari, mereka merasakan kekosongan emosional karena kurangnya perhatian atau kehangatan. 

5. Kebingungan Akan Konsep Cinta dan Pernikahan
   - Anak-anak dari pernikahan yang tidak bahagia sering mengalami kebingungan tentang bagaimana cinta dan pernikahan seharusnya berjalan. Mereka mungkin tumbuh dengan pandangan sinis atau skeptis terhadap hubungan, dan bahkan takut untuk berkomitmen atau menjalin hubungan jangka panjang karena khawatir mengulangi pola yang sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline