Lihat ke Halaman Asli

Melodi Reuni

Diperbarui: 7 September 2024   00:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pixabay.com/illustrations/grades-music-melody-musical-note-786136/

Malam itu, langit Jakarta begitu cerah. Bintang-bintang terlihat bersinar lebih terang dari biasanya, seolah menyambut kedatangan Ica yang berdiri di depan pintu sebuah hotel mewah. Malam reuni sekolahnya baru saja dimulai, dan perasaan campur aduk memenuhi dadanya. Sudah lebih dari lima belas tahun sejak ia terakhir kali bertemu teman-teman lamanya.

"Ica, ayo masuk!" suara Lani, sahabatnya, terdengar dari kejauhan. Ica tersenyum dan melambaikan tangan, mencoba menyembunyikan kegugupannya. Reuni ini seharusnya menjadi ajang untuk mengenang masa-masa indah di sekolah, namun ada satu orang yang membuat hati Ica berdebar lebih kencang---Rian.

Rian adalah cinta pertamanya. Seorang pemusik berbakat yang pernah membuatkan lagu khusus untuknya. Namun, setelah lulus sekolah, mereka berpisah tanpa pernah ada kejelasan. Masing-masing menjalani hidup sendiri, hingga malam ini, Ica mendengar kabar bahwa Rian akan datang.

"Malam ini pasti seru!" ujar Lani sambil merangkul Ica dan menariknya masuk ke ruangan pesta. Musik mengalun lembut di latar belakang, menyambut para alumni yang sudah mulai berdatangan. Ica memandang sekeliling, mencari sosok yang sudah lama tak ia lihat.

"Ica, kamu baik-baik saja?" tanya Lani dengan tatapan penuh arti.

"Ya, aku hanya sedikit gugup," jawab Ica dengan senyum tipis. "Kupikir aku sudah melupakan semua ini, tapi ternyata... perasaan itu masih ada."

"Well, itu artinya kamu manusia normal. Lagipula, siapa yang bisa lupa cinta pertama?" Lani tertawa kecil dan memeluk Ica. "Sudah, nikmati saja malam ini. Siapa tahu ada kejutan."

Ica menarik napas panjang dan mencoba menikmati malam itu. Ia berbincang dengan beberapa teman lama, mendengarkan cerita mereka tentang pekerjaan, keluarga, dan kehidupan. Namun, pikirannya tetap tertuju pada satu orang---Rian.

"Ica."

Sebuah suara familiar memanggil namanya. Ica berbalik, dan di hadapannya berdiri Rian, masih dengan senyum yang sama seperti lima belas tahun yang lalu. Hanya saja sekarang, ada garis-garis tipis di wajahnya yang menandakan perjalanan waktu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline