Lihat ke Halaman Asli

Kamu Manis

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di hadapan cermin Nisa cemberut. Bahunya terangkat lantaran dia menarik napas agak dalam, lantas dihempaskan begitu saja hingga daging yang menempel di perutnya terguncang. Posisi badan dimiringkan. Perlahan kepalanya menggeleng dengan ujung bibir terangkat. Kendati dia tahu akan sia-sia, kedua telapak tangan dicobanya menekan perut yang sudah terlalu maju itu. Tersenyum sebentar. Lalu cemberut lagi begitu telapak tangan lepas dari lipatan perutnya.

"Buuu... Andi gak mau makan sama saya, maunya sama ibu."

Tidak dihiraukan suara dari balik pintu kamarnya. Itu ucapan Siti, pembantunya yang hampir dua bulan mengasuh anaknya. Nisa kembali mendekati wajahnya ke cermin. Benar belum ada kerutan di setiap senti dari wajahnya. Namun kedua pipinya serupa mengulum sepasang kelereng meski tidak ada benda apapun di mulutnya.

"Buuu.. Remote tivi dimasukan ke akuarium. Piring nasinya juga."

Nisa hanya menggeleng. Dia sudah terbiasa dengan kelakuan anaknya yang super aktif. Di usia menjelang empat tahun seingatnya sudah lima belas kali ganti pengasuh. Habis mau bagaimana lagi? Andi tipe anak yang tidak bisa diam. Sepertinya dia senang dengan kerepotan dan kekesalan orang yang mengasuhnya. Bahkan ada pembantu yang hanya sanggup sehari menemani Andi lantaran kesal kepalanya diketuk dengan remote tv. Untunglah psikolog yang dikonsultasikan Nisa tidak mengatakan ada kelainan dalam diri anaknya. Hanya butuh kesabaran dan sebaiknya diarahkan pada kegiatan positif yang bisa merangsang kreatifitasnya.

"Buu.. Buuu? Dingding yang kemarin dicat dicoret-coret pakai spidol tuh."

Nisa bergeming. Seharusnya cape mengurus anak membuatku tidak begini, dia membatin begitu jemarinya meremas pergelangan tangan yang sudah tidak bisa lagi digenggam. Padahal segala macam diet sudah dijalani. Segala model senam sudah dipraktekkan. Alat-alat yang dijual di tv dengan model-model meyakinkan sudah dibeli.

Sebenarnya kekhawatiran atas tubuhnya tidak sehebat ini sampai pada kemarin dia mendapati tangan suaminya membelai dagu Siti di kamar belakang.

"Buuu... Pot bunga dibanting. Andi sekarang naik ke atas kulkas. Gak mau turun."

Kali ini Nisa bergegas keluar. Segera menurunkan Andi dari atas lemari es. Menggendongnya dan menaruhnya di atas sofa. DVD Sponge Bob kesayangan anaknya langsung diputar. Andi pun senang dan duduk tenang meski untuk sementara.

"Sini!" Tangan Siti ditarik Nisa menuju dapur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline