Lihat ke Halaman Asli

Samtari dan Samsiah [1]

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1292237797284998176

Gerimis. Samtari dan Samsiah berteduh di bawah selembar daun pisang. Aroma debu cukup menusuk hidung karena dua bulan sudah hujan absen dari kampung Rawa Buaya. Sesekali terlihat jilatan petir di ufuk timur. Baru jam tiga sore, tetapi gelapnya langit bagai menjelang magrib. Samtari tidak peduli. Dia sedang mencoba menyatakan cinta. "Jangan gombal, Bang." "Buat apa bohong?" "Ah, lelaki. Buktiin dong biar Neng percaya." "Kalau Abang bohong, biar tuh kucing disamber geledek." Tangan Samtari menunjuk kucing di seberang jalan yang kedinginan di samping tong sampah. Benar saja. Langit silau. "DUAARR!" Petir menjilat di depan mata kedua insan itu. Menghantam kucing beserta tong sampah. Gosong. Samsiah Kaget. Samtari apalagi. Lebih kaget. Niat bercanda malah terjadi benar. Untung dia tidak bersumpah dirinya yang dijilat petir. Samtari berjanji pulang nanti mau sujud sukur dan bertaubat tidak akan main sumpah sembarangan. Tapi sejak itu, Samsiah jadi percaya dan jatuh cinta pada Samtari. Mereka pacaran. Tukang ojek dengan Tukang gado-gado. Lumayan serasi. * "Dua hari lagi ada kondangan, Bang." "Siapa yang kawin?" "Teman sekolah, Salamah, anaknya Samiun. Itu yang rumahnya di samping pos ronda." "Ooo.. Iya Abang tau. Ada duit buat kondangan, Neng?" "Ya kaga ada Bang. Untung jualan gado-gado langsung di pegang Emak." Semangat ngojek Samtari naik tiga kali lipat mendengar ucapan pacar barunya. Biasanya selesai sholat subuh Samtari tidur, ini tidak. Tunggu matahari terang, lalu parkir motor di samping sumur. Dicuci sampai mengkilap. Pakai sampo.  Lagipula Samtari tahu betul, kebersihan itu sebagian dari iman. Dia berjanji, tidak mau pulang jam sembilan malam seperti biasa, tapi hingga tengah malam. Biar kantongnya agak tebal dikit. "Lumayan," Samtari bicara sendiri setelah pulang ngojek malam-malam. "Cukup buat kondangan, makan baso dan minum bajigur. Buat calon mertua juga kayanya bisa nih, beli lepet sama telor asin." * Anda pasti kenal Alya Rohali, presenter terkenal yang pernah jadi pemenang Abang None Jakarta di awal karirnya, ya seperti itulah tinggi badan Samsiah. Mukanya juga mirip. Hanya mata Samsiah tidak sesipit Alya. Dan dagunya Alya kalah lancip dengan pacar Samtari si tukang ojek itu. Bila disandingkan pasti orang menebaknya mereka kembar, atau paling tidak, kakak adik. Maka jangan heran bila pada malam kondangan banyak mata menuju pada perawan kampung Rawa Buaya ini.  Setelah parkir motor di bawah pohon rambutan, pasangan baru jadian ini melewati tukang jajanan khas resepsi adat Betawi. Ada tukang telor asin yang jongkok pakai penerang lilin dengan plastik sebagai penghalang dari angin.  Disampingnya tukang lepet, penganan yang terbuat dari ketan dikukus yang dicampur kacang tanah, lalu dibungkus oleh daun kelapa dengan melipat seperti mumi. Mungkin dari situ asal nama makanan itu, dilipet jadinya bernama lepet.  Sisanya tukang kacang rebus, tahu kuning goreng, bajigur dan sate ayam. Samtari yang sama sekali tidak ganteng, seperti tukang kebun istana yang bersanding dengan permaisuri. Sebenarnya dia mau menggenggam tangan Samsiah, biar terlihat mesra, tapi dia tidak pede. Ada secuil perasaan di batinnya yang mengatakan bahwa mendapatkan Samsiah adalah sebuah anugerah luar biasa. Sehingga takut bila Samsiah tidak setuju, lalu marah, dan akhirnya memutuskan hubungan. Itu petaka besar dan harus dihindari. Setiap mata yang menagkap wajah Samsiah pasti jadi ingat Tuhan, betapa kuasa mencipta makhluk nan cantik. Tapi ketika pandangannya bergeser ke Samtari, banyak yang heran, kok mau si cantik berpasangan dengan pria yang mukanya tidak seimbang. Termasuk Samsudin yang langsung buang ludah saat pasangan itu lewat di depan hidungnya. "Bujug bunen, kaya langit sama comberan, jauh banget. Itu siapa cakep beeng?" "Samsiah, itu yang bantuin emaknya jualan gado-gado di dekat masjid," jawab temannya. "Kayanya asik juga tuh kalo jadi pacar gua." "Lha kan dia udah punya pacar tuh di sampingnya." "Hehehe..." "Kenapa ketawa?" "Kualitas muka kaya gitu mah bukan tandingan gua. Entar gua geser. Lu liat aja nanti. Jangan panggil Samsudin kalo gak bisa pacarin.. eh siapa tadi namanya?" "Samsiah." "Jangan sebut nama Samsudin kalo gak bisa merebut Samsiah dari Samtari. * Samsudin sebenarnya tidak punya kerja tetap. Tapi tiap hari selalu ke keluarahan. Ada saja yang butuh bantuannya. Bikin KTP, akte, kartu keluarga, dan urus ijin ini itu. Semua pasti dapet uang tip dari orang yang merasa terbantu oleh jasanya. Dia juga menjadi tim sukses pemilihan lurah yang sekarang menjabat. Malah jadi ketua, karena otaknya yang encer dari setiap melihat peluang. Jadi wajar bila Samsudin merencanakan merebut Samsiah. Lalu diutuslah Samlawi berpura-pura beli gado-gado di warung emaknya Samsiah. "Samtari yang tukang ojek itu, pacar Mpok ya?" "Iye. Emang kenapa?" "Lha saya semalem liat dia boncengin cewek." "Tukang ojek mah boncengin siapa aja. Emang tugas dia." "Masa mesra banget. Sampe tangan tuh cewek meluk perutnya Samtari. Terus berenti di tukang bakso, pulangnya dianterin lagi. Pelukan lagi." Saat kata-kata itu terlontar, Samsiah sedang membungkus gado-gado dan siap melingkarkan karet dua buah sebagai tanda pedas, tapi urung. Dia lempar gado-gado ke atas meja. Lalu berlari menuju kamarnya.Panggilan emaknya tidak digubris. Samlawi tersenyum puas dan akan laporan ke Samsudin. *** terusin gak ya...? 13 Desember 2010 dari gugel gambarnya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline