Lihat ke Halaman Asli

Corona, PHK, dan Kelanjutan Cintaku dengan Dia

Diperbarui: 16 April 2020   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejak Januari aku terus memantau situs worldmeter yang memaparkan data manusia terinfeksi di Wuhan, Cina. 

Semakin hari jumlahnya semakin bertambah, membuatku semakin cemas. Beberapa kali aku membagikan perkembangan kasus kepada beberapa teman, tidak ada yang menanggapi dengan serius.

Februari aku membaca berita dari the jakarta post yang menyatakan bahwa ilmuwan dan WHO mengatakan seharusnya sudah ada kasus di Indonesia, mungkin kita juga ingat bagaimana kasus turis asing yang meng claim dirinya terinfeksi sepulangnya dari Indonesia. tapi tetap 0 temuan kasus di paparkan. 

Maret awal pemerintah mengumumkan 2 orang pertama yang positif terinfeksi di Indonesia, kasus Impor karena mereka kontak dengan warga negara asing di sebuah acara dansa

Kini, saat aku menuliskan artikel ini, belum sampai 1,5 bulan, jumlah kasus di Indonesia sudah mencapai angka 5.516 orang. 

Mimpi buruk yang terlalu cepat berkembang.

Aku dan calon suami sudah merencanakan pernikahan pada bulan Juni 2020. Januari aku dan calon suami bolak balik Palembang - Jakarta untuk berkenalan dengan keluarga. Aku juga harus bolak balik ke Jakarta untuk membeli perlengkapan pernikahan, seperti bahan kebaya dan bahan jas untuk orangtua. 

semua perlengkapan sudah dibeli, sudah masuk tahap penjahitan. 

Februari tgl 15-17 aku dan calon suami mengikuti pelatihan persiapan pernikahan yang biasanya diadakan gereja katolik, persiapan ini harus diikuti secara bersama-sama. Dilaksanakan di Jakarta dengan peserta 40 pasang calon pengantin.

Awal februari, dengan sepersetujuanku, calon suamiku mengundurkan diri dari salah satu unicorn Indonesia padahal saat itu dia ditawari mendi EM bagian IT nya. Tawaran itu ditolak, kami lebih memilih mengambil tawaran pekerjaan dengan gaji yang nominalnya jauh lebih tinggi. 

Maret pertengahan, suamiku memberikan kabar dengan mimik wajah yang tidak memancarkan kegembiraan, "malam aku ceritakan ya bebi" begitu ucapnya saat itu.  Hatiku berkata, ada yang tidak beres dengan pekerjaannya, aku  mulai melihat daftar investor di perusahaan calon suamiku, aku perhatikan setiap angkanya. saat itu aku tahu, investasinya belum final.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline