Lihat ke Halaman Asli

Waspada hipoglikemia

Diperbarui: 14 Desember 2017   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diabetesmelatus.org

Masyarakat sangat familiar dengan penyakit diabetes melitus atau yang sering disebut penyakit kencing manis. Di dunia medis, kencing manis dikenal dengan sebutan hiperglikemi. Hiperglikemi merupakan kondisi kadar gula darah yang melebihi batas normal.  (range normal gula darah  70-100 mg/dl).

Untuk mengatasi hal ini, pasien diberikan obat penurun kadar gula darah seperti glibenclamid, glimepiride, dan metformin. Obat-obatan ini diharapkan dapat merangsang sel beta pangkreas memproduksi insulin. Jika dosis yang dianjurkan tidak dipatuhi, besar kemungkinan pasien akan mengalami kondisi hipoglikemia.

Hipoglikemia sendiri merupakan kebalikan dari hiperglikemi. Kondisi hipoglikemi ditandai dengan menurunya kadar gula di dalam darah, yakni dibawah batas normal 70 mg/dl. 

Kalo gitu bagus dong, ngak ada kemungkinan diabetes, ngak musti makan obat, dan yang penting ngak ada gangguan ereksi :D....

Eits... tunggu dulu, kondisi hipoglikemi bahkan lebih mengerikan jika tidak langsung ditangani. Hipoglikemi menyerang saat itu juga, dalam hitungan menit. Korban bisa mengalami hilang kesadaran bahkan kematian. 

Selain penggunaan obat yang salah, hipoglikemi juga dipicu oleh pola diet yang salah. Saat ini lagi booming diet tanpa asupan gula. Jika kamu pasien diabetes itu sah-sah saja. Lain hal nya dengan orang kadar gula normal. Apalagi jika kamu memiliki segudang aktifitas yang memerlukan energi dari pembakaran gula di dalam tubuh. 

Contohnya saya, beberapa kali diet tanpa karbohidrat. Hasilnya sangat memuaskan, dalam waktu 1.5 bulan bisa turun 8 kg. No nasi, no gula. Ini beberapa kali saya lakukan jika timbangan sudah menye tuh angka 75 kg. Awalnya saya pikir lesu dan lemas itu biasa karena tubuh dikurangi asupan makanannya. Saya hanya mengkonsumsi sayur dan daging. Namun jika ko disi tidak memungkinkan, saya hanya mengkonsumsi yelur dan sayur. 

Selama ini saya aktif di bakti sosial, tes gula darah adalah rutinitas bakti sosial setiap bulan. Namun saya tidak pernah memberikan diri untuk di cek gula darahnya. Saya pikir tes gula darah hanya untuk pasien diabetes. 

Beberapa kali saya mengalami jantung yang berdegup kencang, keringat dingin, serangan kecemasan yang tiba-tiba, pandangan memudar, bahkan beberapa saat seolah hilang kesadaran. Saya menyalahkan jam tidur yang kurang. Menggerutu dengan jadwal yang seolah tidak memberi kelonggaran. Ternyata saya salah.

Akhirnya seorang teman iseng memeriksa gula darah saya, katanya biar tahu ada bibit diabetes atau tidak. Ujung jari tengah saya ditusuk menggunakan jarum, tenang darahnya hanya sedikit keluar. Begitu ditempelkan ke diatas alat penunjuk gula darah, teman saya terkejut bukan main. Alat menunjukkan angka 42 mg/dl. Masih tidak percaya, jari saya ditusuk kedua kalinya di jari telunjuk. Lagi-lagi hasilnya mengerikan, 40mg/dl. 

Saat itu juga saya mengkonsumsi teh manis hangat, beberapa permen, dan makan dalam jumlah besar. 15 menit  kemudian saya di cek kembali. Hasilnya lumayan 57mg/dl. Namun jantung masih berdegup kencang. Berbeda dengan degupan bernafas biasa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline