Lihat ke Halaman Asli

Menggandakan Uang? Mending Menanam Pohon Duit

Diperbarui: 15 Oktober 2016   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Kasus penggandaan uang yang menyeret tersangka Dimas Kanjeng Taat Pribadi terus bergulir. Semakin dalam polisi menyelidiki, makin terungkap hal baru. Polisi sudah menyita sejumlah aset di Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, Jawa Timur. Dugaan pembunuhan pun makin kuat karena ditemukan beberapa makam baru di padepokan. Perhatian publik tersita ke sana, menunggu kejutan apalagi yang bakal terjadi.

Pengikut padepokan ini sekitar 23.000 orang. Ada yang merasa jadi korban penipuan dan lapor polisi. Kerugian mereka dari jutaan sampai miliaran. Tapi, sebagian lainnya tetap yakin uang mereka akan kembali dalam jumlah berlipat pada saatnya kelak. Kasus yang menimpa pemilik padepokan mereka nilai cobaan dari Tuhan. Keyakinan mereka ini akankah berbuah indah? Entahlah.

Kasus Dimas Kanjeng tergolong kelas kakap. Yang kelas teri masih banyak lagi, tersebar di seantero negeri. Semua kasus seperti ini berujung penipuan. Tapi, masyarakat tak jera. Esok atau lusa kasus penggandaan uang diprediksi muncul lagi. Entah sampai kapan.

Padahal, ada cara gampang untuk menghasilkan rupiah berlimpah tanpa harus menggandakan uang ke sana kemari. Juga tanpa risiko uang dibawa lari. Caranya adalah dengan menanam Pohon Duit pribadi.

Warisan Nenek Moyang

Apa itu Pohon Duit? Ini adalah investasi budi baik. Sebetulnya kita sudah melakukannya setiap hari. Betul. Kita sudah menanam pohon duit tiap hari. Bukankah kita memberi uang pada pengamen, “Pak Ogah”, pengemis, dan berdonasi untuk kaum duafa, anak yatim, kaum terpinggir, korban bencana alam, korban perang, dsb?

Itu semua realisasi menanam pohon duit. Sayangnya kita tak “memupuk” dan “merawat” pohon itu sehingga hasilnya tak memuaskan. Bahkan, sering pohon duit tidak berbuah lantaran digerayangi “gulma”, “hama” dan “penyakit”.

Pohon duit adalah pengejawantahan ajaran Budi Pekerti Luhur dari nenek moyang kita. Salah satu pokok ajaran ini adalah siapa menanam budi baik akan memanen kebaikan, siapa menanam budi buruk akan memetik keburukan.

Kita bukan saja diajari untuk selalu menanam budi, melainkan menghargai budi orang. Terhadap budi orang lain, kita harus membalasnya dengan yang lebih baik, minimal setimpal.

Kata budi  dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki lima makna. Pertama, alat batin yang merupakan paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Kedua, tabiat; akhlak; watak. Ketiga, perbuatan baik; kebaikan. Keempat, daya upaya; ikhtiar. Kelima, akal (dalam arti kecerdikan menipu atau tipu daya). Selain itu, kata majemuk budi pekerti punya arti sendiri, yaitu tingkah laku; perangai; akhlak

Jadi, mengacu pada arti kelima, budi tidak otomatis baik, karena juga mengandung makna menipu. Namun, dalam bahasa cakap, budi dikonotasikan baik. Orang berbudi dinobatkan sebagai budiman. Bila yang dimaksud sebaliknya, kata budi diberi sifat, misalnya budi buruk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline