Lihat ke Halaman Asli

Fintecher

Penikmat Pasar Modal

Kisah Pilu Merenungkan Tabungan dan Deposito

Diperbarui: 7 September 2017   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

"Bagaimana mungkin kita bisa mengajak masyarakat kalangan menengah ke  bawah untuk ramai-ramai menabung di bank, bila uang di rekening yang tak  seberapa terus tergerus biaya administrasi dan bermacam-macam potongan."

Barangkali kalian pernah mengalami seperti yang saya alami baru-baru ini. Sudah lama saya tidak mencetak buku tabungan. Saya pergi ke bank dan mencetaknya. Kaget bukan kepalang. Begitu buku tabungan itu dikembalikan, ternyata saldonya tidak bertambah, tetapi justru menyusut.

Saya seperti kebanyakan penabung. Menabung sedikit demi sedikit karena penghasilan bulanan memang kecil. Saldo pun kecil. Seperti kebanyakan orang, saya juga mengharapkan saldo bertambah. Tapi apa daya, saldo kecil di tabungan makin kecil terpotong ini itu.

Bukannya bertambah, uang di tabungan justru berkurang. Dengan kedongkolan di hati, banyak dari kita seperti saya uang lantas bertanya bagaimana mungkin kita bisa mengajak masyarakat kalangan menengah ke bawah untuk ramai-ramai menabung di bank, bila uang di rekening yang tak seberapa terus tergerus biaya administrasi dan bermacam-macam potongan.

Kalau menabung di bank dengan jumlah tabungan di bawah Rp 10 juta hanya merugi, banyak dari kita tentu justru berpikir lebih baik uang disimpan di bawah bantal, celengan ayam jago atau celengan kodok karena menabung di bank dengan jumlah kecil memang lama-lama akan habis.

Setelah kejadian itu, saya mencoba cari bacaan soal tabungan. Ternyata benar, ada bermacam-macam biaya dan potongan. Biaya administrasi dipungut tiap bulan oleh bank. Besarnya bervariasi mulai dari ribuan rupiah per bulan hingga Rp 20 ribu per bulan.

Setelah saya cek di rekening tabungan, ternyata memang tercantum biaya administrasi tersebut. Karena penasaran, suatu pagi saya mencoba mendatangi bank lain yaitu BCA dan nanya-nanya dengan customer servicenya soal biaya administrasi dan potongan-potongan itu.

CS BCA tersebut membenarkan dan memberi penjelasan seperti ini,"Untuk tahapan biaya admin perbulan 17 ribu. Saldo mengendap di bawah 100 ribu akan dikenakan tambahan biaya 10 ribu perbulan. Kalau tahapan gold di bawah 10 juta kena biaya 25 ribu."

Begitulah. Meski kebijakan tiap bank beda-beda, secara umum memang besaran biaya administrasi memang bervariasi. Belum lagi, kalau pakai ATM. Biaya transfer dan tarik tunai antar bank jelas tidak gratis. Lagi-lagi, besarannya bervariasi mulai dari Rp 6.500 per transaksi. Belum lagi, pajak pula.

Menabung uang di bank itu ibarat kita nitip uang pada institusi untuk menjaganya. Layanan ini tidak gratis. Meski menggunakan jenis Tabunganku, tetap saja ada biaya-biaya, seperti biaya pasif, biaya penutupan rekening, dan biaya transaksi debit sehingga saldo memang sulit berkembang.

Setelah itu CS BCA menjelaskan alternatif dari tabungan biasa yaitu tabungan berjangka. Secara umum bunganya antara 3% sampai 7% per tahun. Uniknya, giliran bicara soal biaya administrasi, tetap saja ada pajak bunga (jumlah bunga gross dipotong pajak 20%). Dari segi bunga, deposito memang bunganya lebih tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline