Lihat ke Halaman Asli

Risma Masuk 50 Pemimpin Terbaik Dunia, Bagaimana dengan Ahok?

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Membandingkan Risma dengan AHok bagaikan membandingkan kilauan berlian dengan isi toilet. Sangat tidak layak untuk dibandingkan. Tapi tulisan ini bermaksud menyoroti sisi ketegasan yang dalam bahasa JK “tegas tidak berarti kasar”.

Risma memimpin Surabaya dengan penuh disiplin dan ketegasan. Tidak ada kompromi terhadap pelanggaran hukum. Ketegasan sikapnya, sempat membawanya ke kursi pemakzulan karena disinyalir lahan bisnis beberapa anggota DPRD terganggu dengan kebijakan Risma.

Meskipun bermusuhan dengan DPRD dan akan dimakzulkan, pernahkah Risma mencaci maki DPRD dengan bahasa bajingan dan bahasa taik. Pernahkah Risma marah-marah ke anggota DPRD sambil mengarahkan jari telunjuknya ke anggota DPRD. Tidak pernah. Risma membungkam “kenakalan” dan “kesombongan” anggota DPRD dengan kerja keras dan prestasi segudang.

Risma tidak pernah mengundang kamera tv dan wartawan untuk memuat pernyataannya. Risma lebih suka bekerja keras dalam senyap. Risma lebih suka berada di tengah-tengah masalah bersama warganya daripada harus melayani wawancara wartawan. Karenanya, tidak aneh jika warga Surabaya sering melihat Risma sedang sibuk mengatur lalu lintas di jalanan yang macet. Warga tidak aneh ketika melihat Risma langsung turun ke got membersihkan sampah. Dan warga tidak aneh ketika melihat Risma berada di tengah-tengah kebakaran membantu anggota pemadam kebakaran memadamkan api.

Bahkan ketika Taman Bungkul rusak karena aktivitas pembagian es krim gratis, Risma pun meluapkan amarahnya masih dalam batas wajar. Mukanya merah padam sambil menghitung jumlah kerugian yang ditanggung Pemkot Surabaya. Tidak ada yang tersakiti oleh kemarahan Risma. Hasilnya, perusahaan yang terlibat dalam kerusakan Taman Bungkul pun langsung memberikan ganti rugi dan memperbaiki kerusakan Taman Bungkul.

Kerja keras Risma dengan ketegasan dan kedisiplinan mampu mengubah Kota Surabaya yang sebelumnya terkenal kota paling kotor dan macet menjadi kota metropolis yang bersih dan ramah lingkungan setara dengan kota-kota besar dunia.

Ketika AHok masih sibuk koar-koar tentang e-budgeting, Risma sudah jauh-jauh hari menggunakannya. Sejak Risma menjabat sudah 70 penghargaan lebih yang diterima Pemkot Surabaya baik tingkat nasional maupun internasional.

Diam-diam Risma juga pernah dinobatkan sebagai wali kota terbaik dunia. Dan kini Risma kembali mengharumkan nama Indonesia dengan masuk ke dalam jajaran 50 pemimpin terbaik di dunia versi majalah Fortune.

Risma, walikota segudang prestasi yang tegas dan santun telah mampu menurunkan jumlah penduduk miskin di Surabaya dan menjadikan Surabaya sebagai kota berkelas dunia. Pernahkah Risma mengeluarkan kata-kata bajingan, taik, brengsek, komunis, dasar rakyat miskin tak tahu diri dalam memimpin Surabaya? Tidak pernah.

Bagaimana dengan AHok?

Sumber: Risma Masuk 50 Pemimpin Terbaik Dunia (Republika.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline