Lihat ke Halaman Asli

Bimo Tri Utomo

Pencinta sunyi

Cerpen | Semalam Bersama Kereta Hantu

Diperbarui: 18 Desember 2019   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi menunggu kereta. (sumber: pxhere.com)

Jarum jam di tangan kiriku sudah menunjukan pukul sepuluh malam, hari ini benar-benar membuat badan dan pikiran terkuras habis. Pekerjaan yang harusnya dikerjakan oleh orang lain, harus ditimpakan kepadaku karena dia cuti istrinya melahirkan.

"Akhirnya selesai juga.." ujarku sambil melihat jam di tangan, sudah jam segini rasa-rasanya sudah tidak ada kereta menuju rumah.

"Loh mas, baru pulang ?" ujar Pak Anton, Seorang Satpam Kantor yang memang sedang shift malam hari ini.

"Iya pak, ada pekerjaan double tadi" jawabku sambil memberikan salam tanda berpisah, ah jalanan terlihat begitu sepi. Tidak begitu ramai lampu-lampu kendaraan berlalu lalang, mungkin ada satu-dua kendaraan saja yang masih berkeliaran dijalan.

Kaki terus ku ajak berjalan agak cepat, Stasiun Kereta Api memang tidak jauh dari kantor. Mungkin sekitar 200 meter. Meskipun tidak terlalu yakin masih ada jadwal kereta semalam ini, namun tidak ada salahnya mencoba.

****

Suasana stasiun saat itu benar-benar sepi, hanya ada dua petugas loket dan satpam serta tiga orang yang kemungkinan adalah penumpang. Ada hal yang ganjil ku rasakan di stasiun tersebut, semua orang yang ku temui terlihat diam, kaku dan seperti tidak bernyawa.

"Mas, ada jadwal kereta api ke wilayah A tidak ?" ujarku kepada petugas loket yang memiliki tatapan begitu dingin.

"Ada, dua puluh menit lagi kereta datang" ujar si petugas loket, tanpa pikir panjang lagi. Segera ku bayar tiket kereta terakhir ini, pikiranku saat itu adalah segera pulang dan bisa beristirahat karena besok juga masih disibukan dengan kerja.

Tiket yang sudah ditangan, segera ku serahkan kepada Satpam Stasiun yang sudah berjaga didepan pintu. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, petugas keamanan ini tidak pernah ku temui sebelumnya. Dan yang paling janggal adalah dirinya tidak banyak berbicara bahkan seingatku dia tidak bicara sama sekali.

Kali ini bulu kuduk ku sudah benar-benar mulai berdiri, melirik kanan-kiri hanya ada dua atau tiga penumpang lain yang menanti di kursi-kursi stasiun. Ingin rasanya mendekat dan duduk di samping mereka, namun niat itu langsung ku pupuskan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline