Lihat ke Halaman Asli

Beina Prafantya

Editor, Penggiat Pendidikan, Istri, Ibu Satu Anak

Kontradiksi Terminologi Remaja dan Akil Balig

Diperbarui: 18 November 2020   15:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tabel pribadi

Prolog: Mengapa Termotivasi?


Mengingat ada kurang lebih 170 anak yang disebut kebanyakan orang sebagai remaja yang diamanahkan
kepada saya (baca: kami) di sekolah, saya merasa berkepentingan. Paling pendek, dengan siswa kelas 7
kami sudah membersamai mereka kurang lebih 4 bulan. Paling panjang, dengan para Alumni sejak tahun
2010 yang sekarang sudah mendewasa bersama perangkat kehidupannya yang luar biasa menantang.

Memang, hubungan kami bukan orang tua dan anak secara biologis, sama sekali bukan, hanya guru dan
siswa. Namun, sepanjang sejarah persekolahan di sekolah kami, setelah kami menelaah setiap fase
perkembangan mereka dari tahun ke tahun, dapat dikatakan tingkat kerumitan persoalannya semakin
hebat. Setiap tahun angkatan, ada persoalan baru yang timbul yang menjadi tantangan untuk
diselesaikan. Positifnya, mau tidak mau hal ini memaksa kami untuk berkreatif mencari solusi bersama
untuk senantiasa berlapang hati membersamai mereka dengan kerumitannya.

Kerumitan adalah kata yang tepat saya kira. Memang cenderung kurang positif, tetapi saya yakin di hati
saya dan kebanyakan orang tua yang memiliki calon dewasa di rumahnya, terlintas perasaan ini. Semakin
rumit ketika kita memperbandingkan kehidupan mereka dengan apa yang pernah kita lalui dulu.
Sebenarnya apakah benar rumit ataukah hanya rekayasa perasaan yang mendominasi pikiran kita?

Tahun 2031: Bonus atau Bencana Demografi? 

Saya dengar, pada tahun 2031 diprediksi perbandingan usia produktif dan nonproduktif adalah 68,1% berbanding 31, 9%. Jika persentase tersebut benar-benar sinkronnya usia produktif dengan produktivitas yang real, ini adalah bonus demografi. Syaratnya adalah generasi pada usia produktif tersebut adalah generasi yang sehat dan terdidik. Maka, dunia ini akan dipimpin para dewasa muda yang produktif sehingga berjalan dengan baik dan nyaman bagi semua pihak. 

Masih sekian belas tahun menuju 2031. Lalu, mari kita tengok bagaimana profil dewasa muda (usia produktif) kita tahun 2018 ini. Asingkah telinga kita dengan menyontek, narkoba, tawuran, alay, k-pop, LGBT, dan free-sex? 

Menurut paparan narasumber, hal-hal yang disebutkan pada paragraf sebelumnya adalah kondisi nyata pemuda kita saat ini. Memang tidak semua, tetapi seimbangkah jumlahnya dengan dewasa muda berkualitas yang pada 13 tahun mendatang akan mengemban amanah sebagai pemimpin? Di mana dan bagaimanakah anak-anak kita pada 13 tahun mendatang? 

Problematika Kita: Sudahkah Akilnya Pemuda Kita Menyertai Balignya? 

Dari seminar ini, semakin pahamlah saya atas ketidakpahaman saya. Ternyata, dalam Islam tidak dikenal konsep remaja. Hanya ada dua konsep dalam Islam tentang fase perkembangan manusia: anak-anak dan dewasa. Konsep remaja rupanya muncul sejak era revolusi industri dan awalnya keberadaan sekolah formal. Hal ini secara tidak disadari memunculkan adanya permakluman yang justru menghambat akilnya seorang pemuda.

Balig adalah kondisi seorang anak yang beranjak menuju kedewasaan disertai dengan tanda-tanda perubahan fisik dan psikis. Jika keseluruhan tanda muncul sebagaimana mestinya secara benar, anak tersebut telah berubah menjadi seorang yang sepenuhnya dewasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline