Lihat ke Halaman Asli

Wajah Kota Jogja Penuh Sesak Coretan Tak Bermoral

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Potret kota Jogjakarta yang terkenal dengan pariwisata budaya dan keramahan penduduknya ini ternyata menyimpan sederet kisah buram dibalik keindahannya, hampir disetiap sudut kota, di fasilitas umum, tembok jalan, bahkan ditempat-tempat pariwisatapun kita diusuguhkan berbagai tontotan tak mendidik, hampir semua tak luput jadi media sasaran empuk pelampiasan tinta-tinta tak bertanggung jawab. Semprotan pilox, guratan cairan cat, bahkan goresan tipe-x pun tak jadi masalah.

Pengguna jalan secara tak sadar telah melakukan dosa, coretan-coretan yang kebanyakan berupa hujatan dan bahkan kata-kata kotor, akan terasa mengena dikepala. Dari kebanyakan coretan selalu membawa bendera mereka sendiri-sendiri, seperti gank-gank anak muda, nama sekolahan, dan pendukung fanatik sepak bola di Jogjakarta. Terlebih diantara mereka terjadi gesekan/konflik, aksi tulis dan saling coret dijamin bakal meramaikankan wajah seluruh sudut kota.

Lantas siapa yang disalahkan adanya hal itu? Jelas kita tak bisa menghakimi pemkot/dinas pariwisata dan kebersihan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab, bukan tidak adanya reaksi dari pemkot, akan tetapi siklus yang tak terkendali, sekarang dilakukan netralisir esok atau lusa jelas sudah penuh lagi dengan coretan serupa, dan justru semakin membuka objek baru untuk semakin menjdi-jadi, malam dan dini hari kota Jogja yang dingin dan tenang dimanfaatkan secara tak bermoral oleh generasi bangsa ini.

Memang sebuah "PR" besar yang harus segera digarap untuk memperbaiki tata kota ini, seni dan kreatifitas memanglah indah sebagai bumbu jalanan, tetapi haruslah merucut pada goresan tinta yang membawa pesan-pesan moral atau ajakan untuk berbuat baik, Masih pantaskah kota yang istimewa ini berbesar kepala dengan dada membusur tegak sebagai kota dengan label kota budaya? Yang tinggal sekarang hanya cerita, cerita dan cerita tentang kenangan Jogja masa silam, lihatlah betapa buruk muka kota kotor yang kita banggakan selama ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline