Lihat ke Halaman Asli

Bima Dwi Laksmana

Kelompok 70 KKN-DR Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Patogenesis Covid-19 dan Cara Pencegahannya

Diperbarui: 8 Agustus 2020   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Bima Dwi Laksmana Mahasiswa Pendidikan Biologi UIN Sumatera Utara (Kelompok 70 KKN-DR UINSU 2020)

Ternyata pencegahan Covid-19 itu sangat mudah lho, mau tau gimana? Let's check this out

Awal tahun 2020 dunia dikejutkan oleh kemunculan sebuah virus baru dari keluarga coronavirus yaitu (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang menyerang saluran pernapasan. Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia misterius yang tidak diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus tersebut berjumlah 44 pasien dan terus bertambah.[1] Pada awalnya data epidemiologi menunjukkan 66% pasien berkaitan dengan satu pasar seafood atau live market di Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok.[2] Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan adanya infeksi coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV).[3] Pada tanggal 11 Februari 2020, World Health Organization memberi nama virus baru tersebut Severa acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19).[4] Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan waktu. Selain itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien. Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus “super spreader”.[5] Akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia. Sampai saat ini virus ini dengan cepat menyebar masih misterius dan penelitian masih terus berlanjut. Dalam pemutakhiran data terakhir pada 08 Agustus 2020 01:00 GMT (pukul 08.00 WIB) sudah terdapat 19.541.216 kasus yang tersebar di berbagai dunia dengan tingkat mortalitas sebesar 3,70%. Sedangkan di Indonesia menurut data terakhir pada 08 Agustus 2020 01:00 GMT (pukul 08.00 WIB) terdapat 121.226 kasus dengan tingkat mortalitas sebesar 4,61%.[6] Dengan tingginya tingkat penyebaran dari COVID-19 ini menyebabkan timbulnya beberapa dampak dari pandemi COVID-19 dan mendorong manusia untuk berusaha mencegah penyebaran COVID-19. Patogenesis dari virus tersebut harus diketahui untuk kemudahan dalam pengobatan COVID-19. Patogenesis dan cara pencegahan dari virus ini perlu diperhatikan karena hal tersebut akan mempengaruhi penyebaran virus dan sebagai upaya dalam pemutusan mata rantai penyebaran COVID-19.

Apasih yang dinamakan Coronavirus???

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus.[7] 

Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering pleimorfik dengan diameter sekitar 50-200m.[8] Semua virus ordo Nidovirales memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom RNA sangat panjang.[9] Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang).[10] Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus.[11]

Bagaimana Coronavirus menyerang tubuh manusia???

Ciri patologis COVID-19 sangat mirip dengan yang terlihat pada infeksi coronavirus SARS dan Middle East syndrome (MERS).[12] Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan virus. Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya.[13] Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensinconverting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus.[14]

Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari.[15]

Studi pada SARS menunjukkan virus bereplikasi di saluran napas bawah diikuti dengan respons sistem imun bawaan dan spesifik. Faktor virus dan sistem imun berperan penting dalam patogenesis. Pada tahap pertama terjadi kerusakan difus alveolar, makrofag, dan infiltrasi sel T dan proliferasi pneumosit tipe 2. Pada rontgen toraks diawal tahap infeksi terlihat infiltrat pulmonar seperti bercak-bercak. Pada tahap kedua, organisasi terjadi sehingga terjadi perubahan infiltrat atau konsolidasi luas di paru. Infeksi tidak sebatas di sistem pernapasan tetapi virus juga bereplikasi di enterosit sehingga menyebabkan diare dan luruh di feses, juga urin dan cairan tubuh lainnya.[16]

Selain menginfeksi manusia, Coronavirus juga menginfeksi binatang seperti babi, anjing, kucing, tikus, kelinci, sapi, dan ayam. Pada binatang-binatang ini, infeksi virus ini umumnya juga menyebabkan gejala gangguan pernapasan (pneumonia) seperti halnya pada manusia. Namun virus ini sangat host-specific, sehingga Coronavirus yang menginfeksi salah satu binatang hanya menginfeksi binatang tersebut. Virus tersebut tidak bisa menginfeksi binatang lain dan bahkan manusia. Virus ini tidak stabil di udara, dan hanya mampu hidup selama 3 jam, sehingga kecil sekali kemungkinan penularan lewat udara. Kemungkinan besar penularan virus ini adalah lewat bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kepada orang yang dekat dengannya.[17]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline