Lihat ke Halaman Asli

Peran Anak Kosaan Dalam Stabilitas Sistem Keuangan

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seluruh warga negara Indonesia tentu masih ingat dengan adanya krisis moneter pada tahun 1998 dan pada akhirnya berakhir pada tahun 2008. Sedangkan keadaan stabilitas sistem keuangan Indonesia sekarang berdasarkan KOMPAS.com (13/09/14), dimana Bank Indonesia (BI) telah menyatakan bahwa kondisi stabilitas sistem keuangan masih solid. Hal ini ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan.

Definsi dari stabilitas sistem keuangan (SSK) atau yang sering disebut dengan Stabilitas Keuangan adalah terhindar dari krisis moneter atau keuangan (avoidance of financial crisis) (Mc Farlene,1999). Pentingnya menjaga bukan hanya peran Bank Indonesia (BI). Akan tetapi seluruh masyarakat Indonesia harus turut pula mendukung stabilitas sistem keuangan yang lebih baik. Pertanyaannya bagaimana kondisinya jika seseorang yang masih duduk di bangku sekolah atau kuliah yang jauh dari orang tua, masih belum memiliki pekerjaan atau penghasilan dan uang masih disubsidi oleh orang tua. Bagaimana peran anak kosaan turut andil dalam menjaga stabilitas sistem keuangan?

Pertama, anak kosaan harus dapat menabung dengan tujuan berjaga-jaga. Sebagian uang yang ia dapatkan dari orang tua atau keluarga, haruslah ia tabung atau simpan di bank. Dengan menabung, seseorang orang cenderung hidup hemat. Dimana menabung adalah salah satu dari tiga motif utama permintaan uang (money demand), yaitu motif berjaga-jaga (precautionary).

Kedua, anak kosaan juga harus cerdas memilih mana barang yang dibutuhkan (needs) dan barang yang diinginkan (wants). Kebutuhan adalah sesuatu yang harus ia penuhi demi kelangsungan hidupnya. Seperti, makan, pendidikan, kesehatan. Karena manusia memiliki sifat yang selau  tidak bisa puas. Maka lebih baik membuat batasan-batasan kebutuhan. Sedangkan keinginan adalah segala sesuatu yang belum tentu terpenuhi.

Ketiga, memberikan sebahagian harta untuk amal. Dengan beramal maka kita juga turut membantu perekonomian orang-orang yang membutuhkan. Selain itu, menjauhkan kita dari sikap rakus, tamak dan haus kekayaan. Sehingga sebagai warga negara Indonesia juga turut mengurangi tingkat kemiskinan di negeri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline