Lihat ke Halaman Asli

muhammad idris al satria

hanya Mahasiswa di Universitas Islam Kota M

Kesenian Tari Tradisoinal Reog Kendang dari Tulungagung

Diperbarui: 6 Mei 2020   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber dari twiter/@MURI_org

Kata Reog popular dengan Kesenian Tradisional yang Terkenal mendunia yaitu Reog Ponorog, nama kesenian itu juga berlaku untuk penamaan beberapa kesenian yang ada di daerah lain. Salah satunya adalah Reog Kendang dari Tulungagung. Seperti namanya Reog Kendang ini sebuah Kesenian Tari Tradisional yang membawa atribut sebuah kendang dan menggambarkan arak-arakan prajurit yang mengiringi rombongan raja pada zaman dahulu.

Ada banyak sejarah dan cerita legendanya pada zaman dahulu menurut beberapa sumber sejarah yang ada, Reog Kendang ini menggambarkan tenang arak-arak prajurit  Kedirilaya  yang menigiringi seorang Ratu Kilisuci dalam  rangka menemui jathasura yang bertempat di Gunung Kelud. Karena Ratu Kilisuci tidak mau dinikahi oleh jathasura, maka dia menilak secara halus dengan memeperdaya Jathasura. 

Ada juga diyakini bahwa kesenia tari reog kendang ini berawal dari kedatangan para gemplak dari kadipaten Sumoroto, Kauman, Ponorogo ke Tulungung di zaman colonial Belanda. Arti gemblak tersebut adalah para pemain Kuda Luping pada kesenia Reog Ponorogo. Kedatangannya ke Tulungagung untuk bekerja sebagai penambang batu marmer dan petani cengkeh. 

Untuk mengisi kegabutan di sela-sela pekerjaan mereka, maka dibuatlah sejenis ketipung yang hanya memiliki satu sisi yang dipukul. Setelah tabuhan ketipung atau kendang para gemblak tersebut dipadukan dengan kesenian yang menjadi hiburan yang popular di masyarakat waktu itu, yakni Reog kadiri (Jaranan). Dari situlah terciptanya Tari Reog Kendang sebagai kesenia yang khas kota Tulungagung. 

Ketika mengulik sejarah Tari Reog Kendang, kesenian ini memiliki alur cerita yang hampir mirip dengan cerita asal usul Reog Ponorogo maupun jaranan. Kesenian ini menjadi unik karena alur cerita yang dibawakan lebih condong menceritakan kegigihan para prajurit Bantarangin yang melulakukan perjalanan ke kerajaan Daha. Semangat dan kegigihan lebih terlihat pada para pembawa kendang yang saking kelelahannya berjalan sambul membungkuk. 

Dalam perkembangan Tari Reog Kendang ini terdapat versi lain pada alur ceritanya, yakni versi letusan Gunung Kelud yang tercipta di tahun 2014. Pada versi ini menceritakan arak-arakan  prajurit Daha yang mengirim Ratu Kilisuci ke Gunung Kelud. Perjalanan tersebut dimaksudkan untuk mamastikan apakah Jatha sura telah memenuhi syarat atau belum.

Dalam penampilan  Kesenian Reog Kendang terdiri dari berkekelompok oleh 6 orang penari yang masing-masing dari mereka membawa kendang atau dhodhog. Setiap kendang yg dibawa penari memiliki jenis yang berbeda diantaranya seperti kendang kerep, kendang arang, kendang imbal 1, kendang imbal 2, kendang keplak, dan kendang trinthing. Didalam pertunjukannya penari menari dengan energik sambil memainkan kendang mereka seirama dengan music pengiring diantaranya adalah kenong, gong, dan terompet. Tidak hanya music pengiring Tarian Reog Kendang ini juga diniringi dengan nyanyian-nyanyian lagu jawa.

Gerakan-gerakan pada Reog Kendang ini lebih banyak pada gerakan kaki yang serempak dalam berbagai variasi. Selain gerakan kaki juga gerakan badan, pundak, leher, dan kepala yang disertai dengan mimik muka yang ekspresif. Sambil menari, penari juga harus memaminkan kendang mereng selaras dengan musik pengiringnya. 

Di dalam Tarian Reog Kendang ini ternyata gerakan yang dihasilkan penari juga dibedakan beberapa jenis, diantaranya seperti gerak baris, gerak sundangan, gerak andul, gerak menthokan, gerak gedjoh bumi, gerak ngongak sumur, gerak midak kecik, gerak lilingan, gerak kejang dan gerak bari.

Tarian Reog Kendang ini juga memakai kostum khusus yang menggambarkan prajurit pada zaman dahulu. Diasaat pertunjukan, para penari menggunakan baju  lengan panjang dengan kain penutup dada dengan motif  kuning. Pada bagian bawah menggunakan celana sepanjang dengkul dengan beberapa attribute seperti stagen, kain batik, dan sampur berwarna. Lalu pada bagian kepala menggunakan ikat kepala, sumping dan iker yang melingkari kepala. Pada bagian kaki menggunakan kaus kaki dan klinthing. Selain itu beberapa aksesoris seperti keris, gelang tangan dan tidak lupa kendang yang ikat menggunakan sampur.

Seiring perkembangan zaman, Tarian Reog Kendang ini semakin lama semakin memudar. Walaupun masih banyak yang tetap melestarikan dan dijaga keberadaanya, tetap saja ada yang kurang. Yaitu tidak adanya seorang generasi penerus yang melestarikannya. Para pemuda sekarang sudah jarang sekali tertarik dengan kesenian-kesenian tradisional. Dikarenakan pengaruh dari budaya-budaya barat yang semakin lama semakin banyak di tanah air ini. Kurangnya personil penari inilah salah satu faktor menghilangnya kesenina Tarian yang ada di Indonesia. Pemuda kurang sadar atas kebudayaan yang ada di daerahnya masing-masing. Seharusya ini tidak boleh terjadi apalagi di Indonesia ini banyak beraneka ragam kesenian. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline