Anggap saja masyarakat sekarang semakin kritis dalam memilah dan memilih partai, mencari parpol-parpol yang menurut mereka jauh lebih bersih dari dosa-dosa masa lalu. Maka PDIP dengan isu penjualan aset, Demokrat dan PKS dengan korupsi, menjadi partai yang dihindari pemilih, tak berlebihan perolehan mereka di bawah perkiraan semula.
Berkaca dari hal tersebut, pilpres yang akan datang mungkin juga akan diwarnai pertimbangan seperti itu. Kandidat yang punya masa lalu tidak bersih akan dipinggirkan, masyarakat akan mencari sosok yang agak bersih untuk diberi kepercayaan. Dan kandidat dari tiga partai di posisi teratas, Jokowi adalah yang paling kuat karena dari sisi personal Jokowi-lah yang lumayan bersih atau belum mempunyai catatan “kejahatan” masa lalu.
Tapi dengan PDIP di belakangnya bisa menjadi ganjalan tersendiri, dan bila muncul sosok kandidat yang sama bersihnya dan didukung oleh partai-partai yang agak bersih masa lalunya, mungkin Jokowi akan bisa tersaingi. Sentimen asal bukan PDIP (isu penjualan aset), asal bukan Golkar (isu ARB dan Lapindo), atau asal bukan Gerindra (isu pelanggaran HAM) masih tetap bisa digoreng untuk dijadikan camilan yang nikmat.
Sosok seperti Jusuf Kalla bisa saja muncul menjadi pesaing Jokowi, setelah beberapa kali hanya jadi bayang-banyang SBY dipemilu-pemilu sebelumnya. Bukan tidak mungkin malah berpeluang menjadi kuda hitam di pilpres kali ini, mengingat ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh Jusuf Kalla.
Pertama, sosok lumayan netral yang bisa diterima oleh parpol manapun, terutama parpol yang berada diposisi tengah, bila poros tengah berkoalisi maka tak perlu rebutan siapa yang bakal dijadikan capresnya. Karena kalau poros tengah ini masing-masing ngotot mengajukan capres dari kadernya sendiri, maka dijamin tidak akan ada titik temunya.
Kedua, Jusuf Kalla bisa mendapat banyak dukungan dari luar pulau Jawa, meski isu tersebut terkesan basi tapi mungkin saja masih menjadi isu menarik. Kurang meratanya pembangunan diluar pulau Jawa yang masih saja menjadi anak tiri, bisa dijadikan dagangan yang menguntungkan dan menggiurkan.
Ketiga, setelah melihat kinerja Suharto dan SBY yang berasal dari militer, mungkin saat ini masyarakat kembali berharap dipimpin oleh tokoh sipil. Latar belakang Jusuf Kalla dari sipil dan juga seorang pengusaha hampir sama dengan latar belakang Jokowi (salah satu faktor moncernya Jokowi mungkin karena alasan ke-sipilannya).
Untuk wakilnya mungkin bisa diambil Abraham Samad, Mahfud MD, Dahlan Iskan, atau yang lain, tapi mempertimbangkan wakil dari militer juga tidak buruk untuk merangkul kalangan mereka tentunya.
Catatan: Ini hanya othak-athik mathuk the series, tulisan aji mumpung dari pengamat dadakan hitung-hitung belajar nulis di kanal politik, jadi tak perlu di tanggapi serius....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H