Lihat ke Halaman Asli

Ganti BBM Premium dengan Rokok Premium

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia, dan sepertinya berkebalikan dengan peringkat kemakmuran rakyatnya, yang mungkin masih di peringkat tengah.
Istilah kerennya ironis, saat kemakmuran masih jauh dibawah tapi masyarakatnya sendiri lebih senang bermewah-mewah, membakar duit dengan sia-sia.
Dan kalau dikaitkan dengan kenaikan BBM, menjadi pembenaran untuk menaikkannya. Bakar duit aja ga sayang, giliran bbm dicabut subsidinya ribut-kalang kabut bukan kepalang.
Tapi masalahnya tidak begitu juga keles, dengan dinaikkannya bbm tidak serta merta membuat para perokok ini akan sedikit berhemat. Asupan candu yang sudah berbaur mendarah dan mendaging, tetap akan menuntut untuk dipenuhi sesuai takaran harian.
Ini bukan omong kosong, pengalaman pribadi krisis tahun 1998 saat rokok dari rp. 500 naik menjadi kisaran rp. 2000 tidak membuat saya berhenti merokok. (berhenti merokok tahun 2002 justru bukan karena bbm naik tapi dada mulai terasa sesek).
Kalau masalahnya hanya ingin membuat perokok ini “sedikit” tobat, tidak perlu menaikkan BBMnya. Masih ada cara lain yang mungkin malah bisa menjadi alternatif (penganti) subsidi. Yaitu dengan cara menaikkan pajak rokok, menaikkan cukainya hingga harga rokok bisa mendekati rp. 20rb sampai 30rb (menjadi rokok premium).
Hasil dari pajak rokok ini bisa dipakai untuk mensubsidi bbmnya, dengan begitu harga kebutuhan pokok tidak naik dengan liar, sementara para perokok jadi sedikit mikir untuk memenuhi tuntutan candunya.
Jadikan kenaikkan harga BBM sebagai alterternatif terakhir, dan beri penjelasan secara transparan tentang alasan kenaikkannya. Kenapa mesti naik 2rb? kenapa mesti naik 3rb? Berapa harga dasar minyaknya? Berapa biaya transportnya? Siapa pemenang tender jasa pengangkutnya? Kenapa jasa angkut A yang menang tender? Apa kelebihannya? Dan banyak pertanyaan dari awam seperti saya kenapa BBM mesti naik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline