Lihat ke Halaman Asli

Bupati Kethoprak

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketoprak atau kethoprak dalam bahasa Jawa, adalah pertunjukan hiburan yang berisi sandiwara diselingi lagu atau tembang untuk memperkuat cerita diiringi gamelan. Cerita yang diangkat dapat berupa cerita keseharian hingga epos-epos terkenal dunia. Dalam memerankan sosok yang ada di dalam cerita, dipilihlah artis kethoprak yang disesuaikan dengan tokoh tertentu dengan meniru dandanan, bicara, hingga perangainya yang diharapkan mewakili sosok yang sedang dilakoninya.

Peran-peran petinggi, akan ditugaskan pada sosok yang cukup “istimewa” dibanding peran “jongos” yang diperankan para pelawak untuk menertawakan nasibnya yang kurang beruntung. Peran jongos, pasti dilakukan oleh artis yang terkesan bodoh, dungu, idiot, goblog, dan apapun istilah untuk mewakili domain masyarakat tanpa pendidikan masyarakat proletar.

Hal yang cukup unik, mungkin pernah diangkat sebagai cerita ketoprak yang populer adalah Minak Jinggo Dayun yang mengambil setting saat kerajaan Majapahit diperintah oleh Ratu Kenconowungu. Majapahit tanpa kuasa menghadapi pemberontakan bupati Blambangan bernama Minak Jinggo (Bhree Wirabumi) yang terkenal sakti dengan Gada Wesi Kuning nya. Bupati Minak Jinggo ini karena punya kesaktian yang tiada tanding, sehingga ditakuti oleh rakyatnya. Kesewenang-wenangan dan kejahatan bupati ini pun sudah tidak diragukan lagi, sehingga mengusik Ratu Kenconowungu untuk dapat mengalahkannya.

Bupati yang sewenang-wenang di dalam ketoprak ini ternyata ada juga di kehidupan nyata. Bupati yang bodoh, dungu, tidak sadar ke goblogannya di tengah masyarakat yang semakin pintar. Bupati yang mengejar syahwat, yang menganggap bahwa kedudukannya tidak akan ada yang berani mengusiknya ternyata takluk dengan syahwatnya yang tidak terkontrol sama sekali. Dengan berlindung di bawah agama yang mensyahkan naluri purba, menjadikannya congkak dalam kesombongan bodohnya dan menunggu penghancuran rakyatnya yang terlalu lelah dengan pembodohannya.

Para ahli agama yang dianutnya pun… buru-buru tergopoh-gopoh menyangkalnya bahwa itu bukan ajaran agamanya. “Agama ku masih yang paling benar… itu  O K N U M  Laknat yang mengatasnamakan agama”…. Sementara musisi gemar nikah siri… tersenyum dalam kemenangannya karena tidak terusik sama sekali dengan kegusaran para ahli agama ini. “Itu pengecualian “ katanya "…. Tuhan tahu pengecualian… ada pengecualian , boleh ini boleh itu untuk ku… tidak boleh bagi yang lain… hanya Tuhan yang memperbolehkan untukku saja bukan untuk mu… karena aku dipilih Tuhan… dan kamu harus percaya.. jika tidak percaya.. akan disambar api neraka jahanam”….

Salam dari bupati kethoprak yang dungu tapi tidak sadar kedunguannya… sungguh terlalu…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline