Lihat ke Halaman Asli

Ayah ataukah Ibu sebagai Pewaris Mitokondria?

Diperbarui: 25 Agustus 2017   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.pintarbiologi.com

Apakah benar bahwa sel mitokondria hanya diwariskan dari mitokondria ibu saja dan tidak ada yang berasal dari mitokondria ayah? Perlu diketahui, mitokondria merupakan bagian dari dalam sel yang sangat penting bagi tubuh kita. Jika tidak memiliki mitokondria, sel dapat berhenti bekerja sebagaimana mestinya. Sehingga, tubuh akan mengalami banyak gangguan.

Namun, sebelum mengetahui lebih dalam tentang mitokondria, pertama-tama kita akan mempelajari tentang sel.

Apa itu sel?

Secara umum, sel merupakan unit terkecil yang menyusun makhluk hidup. Sel merupakan unit dasar struktural, fungsional, dan juga hereditas. Sel merupakan unit dasar struktural yang berarti sel memiliki bentuk dan ukuran yang paling kecil, sehingga hanya bisa dilihat dengan menggunakan mikroskop serta memiliki struktur yang paling sederhana. Sel sebagai unit dasar fungsional berarti sel dapat melakukan suatu fungsi tertentu untuk mempertahankan kehidupannya. Dan sel sebagai unit dasar hereditas memiliki arti bahwa sel dapat mewariskan sifat genetik.

Sel pertama kali ditemukan pada tahun 1665 oleh Robert Hooke. Robert Hooke melakukan penelitian dan menemukan sel gabus dengan mengamati irisan tipis gabus dari tumbuhan yang sudah mati dengan menggunakan mikroskop sederhana. Setelah itu, Robert Hooke memberikan nama sel, dalam bahasa latin cellula yang artinya kamar kecil, karena beliau melihat adanya ruang kecil dan kosong. Setelah itu, pada tahun 1674 sel hidup pertama kali ditemukan oleh Antonie Van Leeuwenhoek setelah melakukan penelitian dengan mengamati Spyrogyra dan bakteri. Karena hal tersebut, terjadi perkembangan yang pesat pada penelitian sel karena banyak ilmuwan yang mencoba untuk mengungkapkan teori sel. Kemudian, pada tahun 1838 teori sel dikemukakan oleh Matthias Jakob Schleiden, ahli anatomi tumbuhan serta Theodore Schwann, ahli anatomi hewan. Mereka mengatakan bahwa sel merupakan unit dasar kehidupan dan semua makhluk hidup tersusun dari sel. Pada tahun 1840 diperkenalkanlah cairan yang terdapat dalam sel yaitu protoplasma oleh Johannes Purkinje. Selanjutnya, pada tahun 1858, Rudolf Ludwig Karl Virchow berpendapat bahwa sel berasal dari sel sebelumnya. Kemudian, nukleus ditemukan berdasarkan penelitian pada sel tanaman anggrek oleh Robert Brown, dan beliau mengatakan bahwa nukleus memiliki peran yang sangat penting dalam sel karena mengatur segala aktivitas di dalam sel.

Sel bisa berubah bentuk sehingga sel memiliki bermacam-macam bentuk. Sel bisa berubah bentuk karena sel mengalami spesialisasi, yang artinya sel mengalami perubahan bentuk dan perubahan fungsi menjadi fungsi yang lebih spesifik. Sel mengalami spesialisasi karena adanya rangsangan dari luar yang membuat sel harus beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan. Namun, ada sel yang tidak mengalami spesialisasi karena sel tersebut sudah adaptif, yang artinya sel tidak memerlukan perubahan karena sel tersebut sudah beradaptasi dan mampu memenuhi kebutuhannya tanpa memiliki fungsi tertentu.

Secara umum, terdapat dua macam kelompok sel yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Sel eukariotik memiliki struktur penyusun yang lebih rumit daripada sel prokariotik. Sel prokarotik dimiliki oleh bakteri dan sel eukariotik dibagi kembali menjadi dua kelompok yaitu sel tumbuhan dan sel hewan. Sel tumbuhan dan sel hewan memiliki perbedaan pada organel penyusun sel atau struktur selnya. Secara umum, organel penyusun sel yaitu dinding sel, membran sel, sitoplasma, nukleus, retikulum endoplasma, badan golgi atau golgi aparatus, ribosom, peroksisom, mitokondria, vakuola, sentriol, plastida, dan lisosom. Pada sel tumbuhan, tidak terdapat organel sentriol dan lisosom, sedangkan pada sel hewan tidak terdapat organel plastida dan dinding sel serta vakuola kecil atau tidak ada. Karena sel hewan tidak memiliki dinding sel, sel hewan memiliki bentuk yang berubah-ubah sedangkan sel tumbuhan memiliki bentuk yang tetap karena ada dinding sel. Sel tumbuhan memiliki ukuran yang lebih besar daripada sel hewan karena sel tumbuhan memiliki vakuola yang berukuran besar.

Dinding sel

Dinding sel merupakan lapisan terluar pada sel tumbuhan. Dinding sel terbentuk dari selulosa, kitin (fungi), dan lignin (jaringan dewasa atau tua atau mati). Dinding sel bersifat kuat, padat, dan juga kaku sehingga dapat mempertahankan bentuk sel. Selain itu, dinding sel juga berfungsi sebagai penyokong sel, perlindungan sel, dan sebagai pengatur keluar masuknya air, oksigen (O2), dan karbon dioksida (CO2) sehingga mencegah penyerapan air yang berlebihan.

Membran sel

Pada sel tumbuhan, membrane sel berada di dalam dinding sel dan pada sel hewan, membrane sel merupakan lapisan terluar sel. Membran sel bersifat selektif permeabel atau semipermeabel dan tersusun atas fosfolipid bilayer. Pada satu fosfolipid terdiri dari senyawa fosfat yang berada di permukaan membran dan memiliki sifat hidrofilik atau suka air dan juga senyawa lipid atau asam lemak yang berada tersembunyi di dalam membran dan bersifat hidrofobik atau tidak suka air. Penyusun membran sel dapat bergerak seperti air, yang diakibatkan oleh adanya komponen lipid, fosfat, glikolipid, glikoprotein, protein integral, dan protein perifer. Membran sel memiliki fungsi sebagai penyokong sel, perlindungan sel, sebagai pengatur keluar masuknya material, penghalang sel dengan lingkungan luar, serta untuk menjaga keseimbangan atau kestabilan dalam sel terhadap kondisi lingkungan sekitar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline