[caption id="" align="alignleft" width="180" caption="Peduli Autism"][/caption] Hari ini, Kota Probolinggo, kota kelahiranku mendeklarasikan diri menjadi Kota Inklusi. Deklarasi yang cukup meriah ini dihadiri Dirjen Pendidikan Layanan Khusus. Bagi kota kecil seperti Probolinggo, kehadiran orang ibukota adalah sesuatu yang luar biasa. Ini adalah wujud perhatian pemerintah pada kota kami dan pada para siswa/i berkebutuhan khusus yang semakin banyak jumlahnya. Sekitar 10 tahun yang lalu, saat putriku yang menderita Autisme hendak bersekolah, aku kebingungan harus dimasukkan ke SD mana. Karena tidak semua SD mau menerima Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) selain Sekolah Luar Biasa (SLB). Jadi putriku sempat menikmati bangku SLB, dan ternyata itu bukan sekolah yang tepat untuk anak Autism. Anak Autism adalah peniru, maka dia justru meniru anak-anak dengan kecacatan berbeda. Sekolah yang tepat untuk anak Autism adalah Sekolah Inklusi. Di sekolah Inklusi, anak Autism akan banyak belajar dan meniru anak normal lainnya. Saat itu hanya ada 1 SD saja yang mau menerima. Itu pun orang tua harus menyediakan pendamping sendiri. Alhamdulillah, kini, Dinas Pendidikan Kota Probolinggo dengan SK Walikota sudah menunjuk 21 lembaga pendidikan mulai PAUD hingga SMA sebagai sekolah Inklusi. 4 diantanya adalah Sekolah Piloting yang memang lebih dulu menerima anak-anak berkebutuhan khusus. Selebihnya adalah sekolah calon piloting dan pusat sumber. Pendidikan memang untuk semua, tidak pandang pangkat, jabatan, atau fisik. Dan hal ini sungguh melegakan. Kini aku tidak bingung lagi bila hendak melanjutkan jenjang pendidikan bagi putriku. Pemerintah sudah menyediakan wadahnya dan menggelontorkan dana yang tidak sedikit. Semoga sekolah-sekolah yang ditunjuk benar-benar menjadi Sekolah Inklusi yang mencetak anak-anak berkebutuhan khusus menjadi anak-anak hebat di negeri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H