Salam Lestari. Sudah lama kiranya tidak menulis, apalagi yang bisa dipublish ke jejaring sosial dan blog. Kali ini saya hanya ingin melakukan warming up yang terinspirasi dari kampanye lingkungan hidup akhir-akhir ini. Para aktifis dan tidak sedikit pasifis lingkungan hidup, mulai akrab dengan kalimat bahkan kegiatan 3R: Reuse, Recycle , Reduce. Kenapa berbahasa Inggris? Karena mungkin biar enak didengar, kalau di-Indonesia-kan akan menjadi MK, DU, M (menggunakan kembali, daur ulang, dan mengurangi jumlah). 3R adalah salah satu cara memperlakukan sampah di muka bumi ini yang mulai meresahkan. Ingat kan beberapa tahun silam bencana yang menimpa saudara-saudara kita di Leuwigajah, Cimahi. Gunungan sampah bisa meledak dan mencelakai orang-orang di sekitarnya, layaknya volcano Merapi. Sekarang, kalau kita jalan-jalan ke alam terbuka seperti taman, hutan, sungai, dan lainnya tak ada satu spot-pun tanpa kita melihat sampah. Bukankah lebih indah jika kita tahu cara menanganinya agar kedamaian tercipta di muka bumi ini? Mari kita panggil Power Puff Girls (lho?)
- Reuse
Penggunaan kembali (reuse) adalah menggunakan lagi suatu barang lebih dari sekali. Termasuk penggunaan kembali secara konvensional di mana barang dipakai lagi dengan fungsi yang sama, maupun dengan fungsi yang berbeda. (source: http://id.wikipedia.org/wiki/Penggunaan_kembali) Upaya reuse termasuk paling mudah dilakukan, karena kita hanya perlu menggunakan kembali barang-barang yang kita punya. Buat yang kelebihan uang jajan dan belanja, cek deh di rumah atau kamar kamu, banyak benda yang sebetulnya hanya satu kali kamu pakai, bahkan belum pernah kamu pakai sama sekali setelah membelinya. Yang akhirnya, kamu membuangnya. Jika kamu sudah merasa gak butuh, sebaiknya kamu mengalihfungsikan benda itu. Contoh kecil yang mungkin dilakukan Ibu kita, baju menjadi kain lap. Penggunaan kertas berlebih juga gak baik, maka gunakan bagian kosong di balik kertas yang pernah dipakai ngeprint. Kamu takut disebut pelit? Pikir dua kali, kalau kita boros hari ini berarti kita pelit sama anak cucu kita kelak, karena sebuah pabrik kertas raksasa mengaku membabat setidaknya 10 hektar hutan setahun. Kita boleh sombong hari ini menanam berapa bibit pohon, tapi gak semuanya tumbuh kan? Dan adapun yang tumbuh, akan dengan waktu yang sangat lama, juga hasil yang belum tentu setinggi dengan yang kita ‘bantu’ tebang sekarang. TAS c3Ra Tas ini adalah salah satu program reuse saya yang berhasil, dibeli pada saat kelas 5 SD di Order Clothing Jalan Lombok 11. Selama sebelas tahun menemani saya, dia mengalami penggantian resleting atas satu kali (dengan resleting bekas jaket). Dan penggantian resleting bawah empat kali, dan dihias dengan bordiran-bordiran yang juga berfungsi sebagai tambalan. Tas ini sewaktu-waktu bisa jadi tas belanja atau lap juga lho. Untuk yang mau meniru, dan mulai berpikir bongkar gudang, jangan khawatir disebut gak up to date! Lihat saja, sekarang model pakaian edgy, retro, 80’s fashion, gaya klasik masih in (selama Cimol masih buka dan diserbu pembeli). hanya perlu sedikit kreatifitas untuk menyulapnya sebagai sesuatu yang asyik. 2. Recycle Nah, ini tahap lain buat barang yang sudah gak bisa di-reuse. Jangan dulu dibuang, apalagi barang/kemasan berlabel tanda ini: Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. (Source: http://id.wikipedia.org/wiki/Daur_ulang) Pertama, kalau kamu membuka kemasan bertanda itu, sobeklah dengan baik supaya menghasilkan bahan baku daur ulang yang tidak cacat. Kedua, carilah ide akan dibuat apa benda tersebut. Ketiga, kalau tangan kamu terbukti tidak licin membuat kerajinan, serahkan pada pengrajin barang daur ulang seperti bank sampah. Contohnya, di tangan orang-orang kreatif, barang recycle tidak hanya menganggulangi masalah sampah, tapi punya daya guna kehidupan sehari-hari. Dan gak jarang menghasilkan uang tambahan $_$. Daur ulang sampah organic adalah dengan mengubahnya menjadi kompos. Saya tidak merasa mumpuni menjelaskan . Tapi Zero Waste Community (sebuah komunitas yang konsisten menggelar acara/kegiatan nol sampah) pernah mengajarkan saya mengolah sampah organik rumah tangga dengan takakura/ komposter. Ini contoh alatnya Gan, caranya tinggal masukin sampah organiknya aja ke dalam, dan pastikan unsur hara di dalamnya tetap hidup dengan mengecek suhunya. Kalau hangat, proses penghancuran sampah menjadi kompos sukses selalu. Dan kalau sudah agak penuh, buanglah isi takakura ke tanah yang ada tanamannya (contoh: kebun) supaya jadi pupuk alami. 3. Reduce Upaya yang ketiga, boleh jadi yang terberat buat saya. Soalnya saya hobi banget ‘nyampah’. Pada tahap yang ketiga ini, kita dipaksa menekan, mengendalikan, dan mengurangi keinginan kita menjadi konsumtif. Berbelanja boleh, namun harus sedikit sekali melakukan resiko menyampah. Contoh:
- Membeli sapu tangan, bukan menggunakan tisu untuk mengelap ingus atau debu
- Membeli makanan yang tidak dibungkus sampah kantung plastic, alumunium foil, dan styrofoam (mereka adalah bahan baku yang sangat sulit di-recycle atau dihancurkan). Sedangkan saya sangat suka jajanan khas anak SD maupun snack di minimarket yang pasti dibungkus ketiga musuh tersebut. Jika tetap harus membeli, belilah dengan ukuran besar atau yang ada tanda recycle-nya.
- Membawa alat makan dan minum untuk membeli makanan di jalan yang mungkin akan mengjhasilkan sampah dnegan bungkusnya. Seperti nasi bungkus, es jeruk (di plastic dengan sedotan), cilok, dkk. Untuk minum, sebaiknya jangan gunakan bekas air mineral, karena tanda recycle dengan angka 1 berarti penggunaannya hanya boleh dipakai minum 3x ganti air.
- Menggunakan tas belanja/keranjang dari rumah untuk membawa belanjaan di pasar dan supermarket.
- Dan banyak lagi lah…
Banyak cara, untuk kita lebih kreatif. Apapun yang kamu lakukan, sedikit dan sebanyak apapun, lakukanlah untuk bumi kita tercinta. Salam Sampah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H