Lihat ke Halaman Asli

Komunisme Gagal Mewujudkan Keadilan

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh Be. Setiawan. Komunisme dibangun untuk menentang kapitalisme dan liberalisme yang menguasai ekonomi maupun politik pada abad ke sembilan belas. Karl Marks dengan bukunya Das Kapital adalah inspirator terbentuknya komunisme. Marks mengkaji sisi negatif dari kapitalisme dan liberalisme yang menghasilkan kelas pemilik kapital dan kelas buruh. Buruh hanya dianggap sebagai salah satu sarana produksi. Dibayar serendah mungkin sepanjang bisa dibayar rendah untuk menghasilkan keuntungan sebesar besarnya. Marks mengusulkan satu sistem ekonomi baru yang menempatkan buruh sebagai pelaksana produksi sekaligus sebagai pemilik dengan menghilangkan hak kepemilikan individu. Negara mengambil alih kepemilikan dan sekaligus mendistribusikan kesejahteraan.

Leninlah yang menggunakan ide Marks untuk membangun gerakan yang berbentuk komunal. Lenin membidik para buruh untuk menjadi penggerak utama komunal dan komunisme. Tawaran Lenin disambut baik oleh para buruh yang pada umumnya tertindas. Menjadi pemeran adalah dambaan semua orang. Kapitalisme dan liberalisme menutup peluang para buruh untuk berperan dan mengembangkan eksistensinya. Mereka hanya salah satu bagian dari sarana produksi setara dengan mesin. Secara perlahan Komunisme sebagai antitesa kapitalisme tumbuh subur di negara negara industri dan menjadi gerakan global setelah berkembangnya komunisme internasional. Komunisme yang inspirasinya muncul di Jerman, berkembang pesat di Eropa Timur. Rusia yang kemudian membangun Uni Sovyet menjadi negara komunis terbesar di Eropa dan menjadi penggerak komunisme dunia yang tumbuh di China, Vietnam, Korea dll termasuk di Indonesia.

Ideologi komunis menawarkan surga bagi kaum yang termarginalkan didalam sistem liberalisme dan kapitalisme. Kaum yang tertindas yaitu para buruh, para petani gurem, para pedagang kecil yang mereka bilang kaum proletar menyambut dengan baik tawaran untuk membentuk negara ideal yang ditawarkan Marks. Mereka menjadi pejuang-pejuang fanatik dan militan untuk melawan tidak hanya para pemegang modal namun semua yang mapan yang mereka sebut para kapitalis. Kemapanan yang tidak tergoyahkan di berbagai negara, menjadi musuh utama mereka. Ambil contoh komunis Kamboja dengan Khemer Merahnya yang menghancurkan semua kemapanan dengan menggunakan ideologi komunis sebagai dasar legalnya.

Gerakan komunis sangat berperan dalam perjuangan kemerdekaan di berbagai negara di dunia. Komunisme dan sosialisme menjadi ideologi yang menjadi dasar di negara negara yang baru merdeka. Terjadi dua poros utama negara komunis yaitu Uni Sovyet dan China. Namun ideologi ini melemah dan runtuh sejak tahun 80an dimulai dengan kehancuran ekonomi Uni Sovyet. Sehingga mereka harus mengubahnya dengan mengajukan program Glasnost dan perestroika. Ada dua hal utama yang menyebabkan kehancuran mereka:

Negara-negara yang berdasarkan demokrasi liberal tetap membuka partai komunis untuk ikut pemilu dan berperan di parlemen. Dengan ancaman komunismen partai partai liberal yang menjadi partai pemerintah mengubah pengelolaan kesejahteraan secara drastis. Pendidikan dibiayai sepenuhnya oleh negara atau diberi subsidi yang optimal aehingga generasi muda dari kelompok marginal mempunyai kesempatan yang sama untuk berkembang. Asuransi tenaga kerja dan tunjangan pensiun dikembangkan sehingga para buruh mendapat jaminan kesejahteraan yang cukup. Asuransi kesehatan berlaku untuk seluruh warga negara. Orang berpenghasilan tinggi membayar asuransi lebih mahal. Kaum berpenghasilan rendah termasuk mahasiswa dijamin kesehatannya dengan membayar asuransi kesehatan lebih rendah. Biaya untuk subsidi diambil dari pajak yang adil. Orang berpenghasilan tinggi membayar pajak lebih tinggi. Pengangguran, para jompo dan orang miskin lainnya dibebaskan pajaknya. Adanya komunisme mengubah pendulum negara kapitalis dari kanan ke tengah menjadi negara kesejahteraan. Proses yang sama sedang terjadi di negara kita. BPJS yang diresmikan oleh Presiden SBY mengadopsi sistem pengelolaan kesehatan yang dikembangkan di negara liberal.

Surga yang dijanjikan kepada orang yang termajinalkan ternyata tidak terwujud. Memang di negara komunis tidak dikenal penganggur namun sistem komunisme tetap menghasilkan perbedaan kelas antara warga biasa dengan para petinggi partai komunis. Elit partai mendapatkan fasilitas kelas satu sementara rakyat biasa diperintahkan bekerja keras untuk kesejahteraan mereka. Coba saja simak sistem pemerintahan Korea Utara. Pimpinan negara diwariskan sebagaimana terjadi di negara yang berbentuk kerajaan. Rakyat dipaksa hidup dengan aturan yang ketat misalnya aturan hanya boleh punya anak satu di RRC dan berbagai aturan yang menindas dengan mengerahkan pasukan mata mata yang mengawasi rakyatnya. Sistem pemerintah yang menindas seperti itu berdampak langsung pada daya saing negara. Seluruh negara komunis keok dalam bersaing dengan negara kapitalis liberal akibatnya rata rata penduduknya miskin. Negara komunis sangat menjaga agar tidak terjadi eksodus ke negara maju karena kaum elit partai memerlukan pekerja untuk kesrjahteraan mereka. Tembok Berlin dibangun untuk menjaga agar rakyat Jerman Timur tidak lari ke Jerman Barat.

Saat ini Uni Sovyet dan Yugoslavia sudah pecah menjadi beberapa negara. China dan Vietnam meskipun dipimpin oleh partai komunis namun mereka sudah mengubah sistem komunis menjadi sistem yang hampir serupa dengan sistem negara kesejahteraan. Tinggalah Korea Utara yang saat ini menjadi tontonan menarik seluruh negara di dunia. Sampai kapan Rezim Kim bisa berkuasa.

Demikianlah tulisan saya untuk meneruskan tulisan 'Keadilan Adalah Omong Kosong'. Ternyata surga keadilan yang dijanjikan kaum komunispun berakhir dengan penguasaan orang orang cerdas di polit biro terhadap kaum yang mereka beri nama kaum Proletar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline