Lihat ke Halaman Asli

Benny Dwika Leonanda

Dosen Universitas Andalas Padang

Mengubah Tatatanan Dunia: Rusia vs Amerika Serikat (Barat)

Diperbarui: 21 Mei 2024   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Mengubah Tatanan Dunia,AI image generator, https://www.craiyon.com

Pasca-Perang Dingin, tatanan dunia yang didominasi oleh kekuatan Barat mengalami tantangan signifikan seiring munculnya pusat-pusat kekuasaan baru. Sejak runtuhnya Uni Soviet, Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Baratnya memegang kendali atas banyak aspek politik, ekonomi, dan keamanan global. Namun, dominasi ini tidak berjalan tanpa perlawanan. Rusia, sebagai penerus utama Uni Soviet, mulai menentang ekspansi pengaruh Barat, khususnya melalui ekspansi NATO ke Eropa Timur yang dianggap mengancam kepentingan strategisnya. Ketegangan ini akhirnya memuncak dalam konflik seperti perang Rusia-Ukraina yang saat ini menjadi salah satu isu geopolitik paling krusial.

Ekspansi NATO ke Eropa Timur: Titik Kritis Hubungan Rusia-Barat

Langkah ini dipandang oleh Rusia sebagai upaya mengisolasi dan melemahkan pengaruhnya di kawasan yang secara historis dan geopolitik dianggap sebagai lingkup pengaruhnya. Penambahan anggota NATO dari negara-negara bekas Blok Timur memperdalam rasa ketidakpercayaan dan antagonisme Rusia terhadap Barat. Rusia merespons dengan kebijakan luar negeri yang lebih tegas dan sering kali konfrontatif, seperti yang terlihat dalam aneksasi Crimea pada tahun 2014 dan dukungan terhadap separatis di Ukraina Timur. Konflik ini menggambarkan pergeseran keseimbangan kekuasaan global dan menandakan bahwa dominasi Barat tidak lagi tak tertandingi.

Pergeseran geopolitik ini berdampak luas pada tatanan dunia dan hubungan internasional. Konstelasi kekuasaan yang lebih multipolar membuka peluang bagi negara-negara berkembang untuk memainkan peran yang lebih signifikan, namun juga menimbulkan risiko ketidakstabilan dan konflik baru. 

Dalam konteks ini, studi tentang perubahan tatanan dunia menjadi semakin relevan, baik untuk memahami dinamika kekuasaan global maupun untuk merumuskan strategi kebijakan yang adaptif dan berkelanjutan. Tulisan ini akan mengeksplorasi berbagai aspek dari perubahan ini, menganalisis implikasi geopolitiknya, dan mengkaji bagaimana negara-negara serta organisasi internasional merespons tantangan-tantangan yang ada.

Tatanan dunia yang dipimpin Barat pasca-Perang Dingin

Tatanan dunia yang dipimpin Barat pasca-Perang Dingin ditantang oleh munculnya pusat-pusat kekuasaan dan isu-isu baru. Pergeseran ini berdampak pada geopolitik dan hubungan internasional. Era pasca-Perang Dingin kita telah menyaksikan perubahan signifikan dalam struktur kekuasaan global, menantang tatanan dunia yang dipimpin oleh Barat yang telah mendominasi sejak akhir Perang Dunia II. Beberapa faktor dan munculnya pusat-pusat kekuasaan membentuk kembali lanskap geopolitik dan hubungan internasional.

Perang Dingin merupakan periode ketegangan dan persaingan ideologis, politik, ekonomi, dan militer antara dua kekuatan besar dunia, Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet (USSR), beserta sekutu-sekutu mereka masing-masing. Perang ini berlangsung dari akhir Perang Dunia II pada tahun 1947 hingga runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991. Meskipun disebut "perang," konflik ini tidak pernah meletus menjadi perang bersenjata secara langsung antara kedua negara, tetapi ditandai dengan berbagai proxy wars, perlombaan senjata, dan persaingan ideologi.

Terdapat beberapa aspek-aspek perang dingin terhadap kehidupan dan geopolitik, di mana terbentuk nya blok Barat dan blok timur, dunia terbagi menjadi dua blok ideologi utama, kapitalisme dan demokrasi liberal yang dipimpin oleh AS, dan komunisme yang dipimpin oleh Uni Soviet. Masing-masing blok membentuk aliansi atau Persekutuan militer dan ekonomi, di mana terbentuknya NATO (North Atlantic Treaty Organization) di Barat dan Pakta Warsawa di Timur mengkristalisasi persaingan ideologis ini.

Ancaman perang, dan trauma Perang Dunia I dan II memicu perlombaan  militer dan keamanan. Kedua kekuatan besar terlibat dalam perlombaan senjata nuklir, dengan setiap pihak berusaha untuk mengembangkan persenjataan yang lebih canggih dan mematikan. Misalnya, krisis Rudal Kuba tahun 1962 hampir membawa dunia pada ambang perang nuklir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline