Banyak mungkin salah paham apakah itu yang dimaksud dengan Riset dan Teknologi. Penulis dua hari berdebat sengit di media sosial dengan berbagai warga di media sosial twitter, hari ketiga pun belum selesai. Pada umumnya orang-orang memahami riset adalah bagian dari upaya menghasilkan teknologi.
Dengan riset intensif dan terus menerus mereka mempercayai bahwa teknologi dapat diperoleh. Perdebatan tersebut bermula ketika penulis menanggapi satu posting terhadap kekecewaan salah seorang warga media sosial terhadap kebijakan pemerintah melebur sebuah lembaga Riset ke Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dinyatakan sebagai ketidakpekaan dari Pemerintah terhadap kemajuan dan kemandirian bangsa. Tentu yang dimaksud oleh yang bersangkutan adalah teknologi.
Bagaimanapun ukuran maju atau keterbelakang sebuah bangsa adalah kemampuan dalam menguasai keterbaruan atau kecanggihan apa sebuah teknologi dan dimiliki oleh suatu bangsa atau negara, dan melebihi dan atau mengalahkan kemampuan negara lain. Hal tersebut mempunyai hubungannya dengan kemampuan untuk unjuk kekuatan satu negara di dalam menguasai atau mempengaruhi negara lain. Kekecewaan itu dapat dipahami, akan tetapi Pemerintah saat ini mempunyai orienstasi yang berbeda dari pada itu. terutama dari pemimpin tertinggi di negara ini yaitu Presiden.
Sepintas rezim pemerintahan saat ini lebih tertarik kepada teknologi, ketimbang riset. Berbagai ungkapan dan tindakan pemerintah cenderung memilih teknologi. Mulai dari visi mobil nasional Esemka sampai dengan Unicorn, dan lebih memilih membangun infrastruktur ketimbang memperbaiki dan mempertahankan ekonomi. Mobil nasional yang digagas pada awalnya tidak terealisasi, tidak satupun perusahan atau bidang usaha tertarik dengan teknologi ini.
Walaupun pasarnya sangat luas namun teknologi ini telah terlanjur jenuh. Banyak kendala dalam pengembangan dan produksi yang akan dilakukan jika dimulai dari awal lagi. Kalaupun diproduksi akan menghadapi berbagai kendala mulai dari keterlambatan dan ketertinggalan teknologi, sampai dengan berbagai kendala peraturan dan persyaratan yang menghambat perkembangan sebuah teknologi dapat dipakai dan dipasarkan di Indonesia karena sebuah teknologi yang baru muncul di satu negara membutuhkan flesibilitas. Bagaimanapun industri otomotif sudah sangat jenuh, dan kompitisi sangat sulit, dan sangat sulit dan sukar untuk pemain baru dibidang terseut.
Visi kedua yang pernah muncul dari pemerintah adalah Unicorn. Visi ini baru, dan dapat menggantikan teknologi lama terhadap rangkai pasok yang selama ini diselenggarakan secara konvesional dengan membuka toko, dan mall tempat berjualan. Unicorn memasarkan barang langsung dari produsen atau distributor tanpa melalui retailer dalam bentuk online melalui jaringan internet sehingga bisa memutus rantai pasok dua sampai empat tahap atau rantai.
Biasanya setiap barang yang akan dijual dari produsen sampai ke pembeli membutuhkan 5 s/d 7 tingkatan rantai pasok. Dengan menggunakan Unicorn rantai pasok ini bisa diperpendek menjadi 2 atau 3 tingkatan saja. Produsen bisa memasarkan barang langsung kepada pembeli, atau distributor/toko bisa langsung menjual barang dagangan sehingga bisa memotong harga jual menjadi 21,4 s/d 80,5 % dari harga semula. Dengan keberadaan Unicorn ini pada awalnya mengancam perdangan konvensional, namun dengan berkembangnya waktu. Perdagangan konvensional mengikuti arus perdagangan modern saat ini.
Mereka mulai melakukan perdangan secara online sehingga bisa memacu penjualan dan produksi dari setiap produk. Munculnya Covid-19, dalam dua tahun terakhir keberadaan Unicorn ini sangat membantu perdagangan barang dan produk di Indonesia. Pada awalnya perdagangan mengalami masalah kemudian cepat pulih. Banyak kebutuhan barang dan produk dijual secara online melalui Unicorn ditengah-tengah penutupan pasar, dan pusat-pusat perberlanjaan diberbagai kota.
Namun produksi barang tetap berjalan, dan kebutuhan masyarakata tetap terpenuhi. Teknologi komunikasi dan internet memberikan hal tersebut. Toko-toko dan mall-mall tidak dibutuhkan lagi. Sebagai pengganti tersedia berbagai aplikasi yang menghubungkan antara pembeli dengan penjual secara langsung, dan ditambah dengan satu unit pembantu dalam hal ini yaitu jasa pengiriman barang, dan hal itu sudah siap dan tersedia.
Akhir-akhir ini pemerintah mempunyai visi baru yaitu Metaverse. Sebuah teknologi baru di mana hampir seluruh aktifitas penduduk satu tempat, kota atau negara bisa diselenggarakan secara virtual. Dengan keyakinan penuh Pemerintah menyatakan akan mempersiapkan diri untuk menghadapi teknologi tersebut, dan negara harus bisa memenuhi kebutuhan dalam waktu 2 s/d 3 tahun ke depan.