Saat ini lulusan Program Studi Program Profesi Insinyur (PS PPI) dari Perguruan tinggi penyelenggara PS PPI sebanyak 1191 orang (13/2/2019). Sebuah jumlah yang sangat sedikit untuk mempersiapkan Republik Indonesia dalam menghadapi kompetisi mobilitas tenaga profesional ketika cetak biru Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) berakhir tahun 2025 akan datang.
Pada cetak biru MEA Profesi Insinyur merupakan satu dari delapan tenaga profesional yg berpindah antar satu negara ke negara lain di kawasan ASEAN. Setiap Insinyur masing-masing negara bisa melakukan pelayanan dan berpraktik di berbagai tempat di sepuluh negara ASEAN.
Sebagai sebuah profesi Insinyur memegang peranan sangat penting dalam MEA pada masa akan datang. Hal ini berhubungan dgn kebutuhan tenaga ahli dan profesional yang akan bertanggung jawab untuk setiap pekerjaan insinyur yg mulai dari perancangan, konstruksi/pembangunan, operasi, perawatan maintenance, produksi, pemasaran, pengembangan, pemuliaan dan banyak lagi yg harus dilakukan dan dikerjakan oleh seorang insinyur.
Pekerjaan keinsinyuran tidak lepas dari badan usaha (perusahaan/pengusaha) yang menyediakan lapangan pekerjaan di berbagai negara ASEAN. Pada cetak biru MEA berakhir merekan bergerak tanpa hambatan di berbagai negara. Dengan sendirinya mereka mau tidak mau harus menggunakan jasa seorang insinyur untuk aktivitas bisnis mereka.
Hal yang sama dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan bank dan non-bank yang menyediakan dana untuk menjalankan berbagai kegiatan pembangunan produksi, penambang, dan pemuliaan.
Setiap dana yang mereka keluarkan untuk membiayai pembangunan, produksi, penambangan, pemuliaan membutuhkan jaminan bahwa setiap pekerjaan tersebut tidak mengalami kegagalan atau membahayakan masyarakat dan lingkungan.
Hal-hal yang demikian tentu saja dihindari dan membutuhkan jaminan, bahwa perkerasan tersebut berhasil bak dan menghasilkan keuntungan yang mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi.
Ketika cetak biru MEA berakhir, jaminan-jaminan tersebut harus tersedia untuk menghindari risiko kegagalan, kehancuran, dan mengurangi kerugian. Jaminan-jaminan tersebut hanya bisa diberikan oleh seorangiInsinyur, kerena mereka bekerja berdasar standar-standar keinsinyuran yang mampu memberikan rasa aman, dan menghindari risiko kerugian dan kegagalan.
Mengingat hal demikian tentu saja ketika tahun 2025 kebutuhan insinyur sangat besar, apalagi pada saat itu pasar sepuluh negara ASEAN akan terbuka lebar, lalu lintas batang, dan tenaga profesional sangat besar.
Salah satu risiko yg akan timbul ketika ketersediaan tenaga profesional insinyur tidak terpenuhi adalah tidak satu lembaga keuangan bank dan non-bank mau mendanai berbagai proyek pembangunan, produksi, penambangan, pemuliaan yang diselenggarakan oleh berbagai perusahaan kontruksi, produksi, penambangan, dan pemuliaan.
Bahkan dalam kondisi kritis tertentu pada masa akan datang APBN negara pun tidak dapat dicairkan oleh sebuah badan usaha tidak mempunyai seorang insinyur. Hal ini disebabkan selama ini APBN didanai dgn dana pinjaman dari negara-negara donor dan bank-bank internasional.