Lihat ke Halaman Asli

Menyambut MEA,"Stunted Growth" Masih Menghantui Perkembangan Sumber Daya Manusia di Indonesia

Diperbarui: 26 Desember 2015   14:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Visi bersama ASEAN adalah sebagai negara gabungan bangsa-bangsa Asia Tenggara yang berpandangan terbuka, hidup dalam perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran, terikat bersama dalam kemitraan dalam pembangunan yang dinamis dan dalam komunitas masyarakat yang peduli,oleh karena itu, pada tahun 2003 para pemimpin ASEAN memutuskan bahwa "Masyarakat ASEAN" harus dibentuk pada tahun 2020. Pada tahun 2015 ini,sudah dibentuk komunitas ASEAN yang terdiri dari tiga pilar,yaitu Masyarakat Politik Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN,yang diharapkan dapat bekerja secara bersamaan untuk membentuk Masyarakat ASEAN. Dalam hal ini yang menjadi isu terhangat adalah terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 adalah sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antarnegara-negara ASEAN. Dalam menghadapi persaingan yang teramat ketat selama MEA ini, negara-negara ASEAN haruslah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang trampil, cerdas, dan kompetitif. (Wikipedia,2015). Untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang siap MEA, dibutuhkan sistem pendidikan yang tepat, para pelajar juga harus bisa mengikuti pelajaran dengan optimal. Masalahnya adalah, untuk dapat menyerap pelajaran, kebutuhan gizi anak harus diperhatikan.

Masalah “Stunted Growth” dalam Bonus Demografi

Di Indonesia, 37,2% balita bertubuh pendek (stunting) dan kesadaran masyarakat akan hal ini masih rendah (Worldbank,2015). “Stunted Growth” adalah masalah pertumbuhan janin dan bayi berupa kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Anak yang menderita “Stunted Growth” pertumbuhan badannya tidak sempurna sehingga sebagian besar bertubuh pendek. Namun, pengaruhnya tidak hanya dari segi fisik saja, perkembangan otak anak yang menderita stunting lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak yang sehat.

 “Kekurangan zat besi, asam folat, zinc dan lainnya sejak masa kehamilan ibu dapat menyebabkan anak yang dilahirkan nantinya berpotensi mengalami stunting. Dan stunting tersebut juga berpengaruh kepada perkembangan otak anak. Karena sejak janin, gizi yang diserap anak untuk perkembangan organ-organnya kurang. Kalau sejak janin perkembangan otak anak terganggu, maka akan lebih sulit memperbaikinya di masa mendatang,” terang dr. Jane Soepardi, MPH, DSc, Direktur Bina Kesehatan Anak, dalam sebuah konferesi pers beberapa waktu lalu di Jakarta. Perkembangan otak anak sangan penting,terutama untuk menunjang pendidikan anak. Dewasa ini,anak dituntut untuk menyerap ilmu dengan optimal. Salah satu cara agar anak dapat belajar lebih cepat adalah dengan memperhatikan gizi yang terkandung dalam makanannya. Salah satu faktor penyebab “Stunted Growth” adalah Kekurangan Energi Protein (KEP). Penyebab tidak langsung KEP menurut Adriani dan Wirjatmadi (2013: 10-16) adalah sebagai berikut:

  • Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Orangtua,Terutama Ibu. Di dalam keluarga biasanya para ibu berperan mengatur makanan keluarga,oleh karena itu ibu adalah sasaran utama pendidikan gizi keluarga.
  • Tingkat Pendapatan dan Pekerjaan Orangtua. Tingkat pendapatan orangtua juga ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli.
  • Besar Anggota Keluarga. Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan ekonominya cukup,akan mengakibatkan kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak,juga kebutuhan primer seperti makanan,sandang,dan papan pun tidak terpenuhi.
  • Jarak Kelahiran. Jarak kelahiran antara dua bayi yang terlalu dekat menyebabkan ketidakmampuan keluarga untuk merawat anak-anak dengan baik.
  • Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI. Asi dalam jumlah yang cukup merupakan makanan terbaik dan memenuhi syarat kebutuhan gizi selama enam bulan pertama.
  • Pola Asuh. Pola asuh pada anak merupakan salah satu kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang,yaitu kebutuhan emosi atau kasih sayang.
  • Anak Tidak Mau Makan. Penyebabnya antara lain adalah infeksi seperti tuberkulosis paru atau perilaku anak.

          Penyebab tidak langsung itu dipengaruhi oleh penduduk muda berusia produktif. Menurut data bps.go.id, rata-rata angka fertilitas di Indonesia meningkat dari tahun 1971-2012. Ditambah lagi dengan Bonus Demografi di Indonesia tahun 2020-2030 seiring dengan diberlakukannya MEA nanti akan banyak masyarakat usia produktif yang berkeluarga dan berperan dalam naiknya angka fertilitas kedepannya. Penduduk-penduduk muda berusia produktif ini tidak hanya bertanggungjawab untuk menjalankan MEA dengan sebaik mungkin untuk mempertahankan dan memajukan Indonesia, tetapi juga mempersiapkan generasi selanjutnya yang harus dibesarkan dengan ilmu pengetahuan.

Bagaimana menjadi generasi yang tidak kalah saing di perekonomian ASEAN dan mampu mencetak generasi penerus yang lebih ungul menjadi tugas yang penting. Salah satu cara mewujudkan semua itu adalah dengan kesadaran gizi dan bagaimana caranya agar bayi-bayi yang terlahir selama bonus demografi ini tidak mengalami “Stunted Growth”. Salah satu caranya adalah dengan mengkonsumsi dan memberikan makanan bergizi seimbang 4 sehat 5 sempurna yang lengkap gizi (terdapat kandungan karbohidrat untuk energi utama,lemak untuk energi cadangan,protein untuk pertumbuhan sel-sel organ tubuh terutama otak,dan vitamin untuk memelihara kerja tubuh) dan menghindari makanan-makanan yang mengandung zat additif artifisial yang berlebihan.

Perkembangan Sumber Daya Manusia yang Siap Hadapi MEA

          Agar dapat bersaing dengan negara-negara luar,empat prinsip pembangunan manusia harus diterapkan. Empat prinsip pembangunan manusia itu adalah produktivitas, pemerataan, keberlanjutan, dan pemberdayaan.

  • Prinsip Produktivitas. Kebutuhan manusia akan semakin banyak sehingga harus terus berproduksi. Kualitas produk-produk yang dihasikan juga harus memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Disini etos kerja individual dibutuhkan.
  • Prinsip Pemerataan. Kemudahan untuk mengakses sumberdaya alam, fasilitas perekonomian, dan bersosial dapat mempercepat pembangunan Indeks Pembangunan Manusia. Dengan begini kesejahteraan masyarakat lebih terjamin,
  • Prinsip Keberlanjutan. Bagaimana perkembangan yang ada dapat disesuaikan dengan kondisi riil masyarakat sesuai zamannya dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
  • Prinsip Pemberdayaan. Bagaimana masyarakat mau berpartisipasi dalam perkembangan pembangunan dan memiliki perannya masing-masing.

Prinsip-prinsip tersebut harus ditegakkan agar pembentukan karakteristik MEA yaitu: (a) Pasar tunggal dan basis produksi; (b) kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; (c) Kawasan pengembangan ekonomi yang merata; dan (d) kawasan yang secara penuh terintegrasi ke dalam perekonomian global.

         “Stunted Growth” dapat menghambat pembentukan karakteristik tersebut. Bagaimana kurangnya kesadaran akan pemenuhan gizi dapat berpengaruh besar terhadap pembangunan sumber daya manusia? Pendidikan adalah kunci dasar dan utama pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Agar tujuan program-program pendidikan dan kurikulum dapat tercapai,seluruh civitas academica harus siap baik secara mental maupun jasmani. Dimulai dari optimalnya pertumbuhan dan perkembangan otak yang selalu diberi nutrisi cukup berkat kesadaran pemenuhan gizi dari orang tua. Dimulai dari kesadaran pemenuhan gizi diri sendiri untuk Indonesia yang siap menjadi MEA.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline