Lihat ke Halaman Asli

budi setiawan

mahasiswa

Teori Pertumbuhan Ekonomi dengan Studi Kasus Wonosobo

Diperbarui: 23 September 2019   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sejarah teori ekonomi basis ditemukan oleh Robert Murray Haig pada tahun 1928 dalam karyanya tentang rencana regional New York.

Teori yang dikemukakan yaitu suatu kegiatan dalam wilayah dibagi menjadi dua ketegori yaitu kategori dasar dan non dasar atau basis dan non basis. Basis yaitu jika suatu aktivitas melakukan ekspor dan membawa kemakmuran dari luar sedangkan non basis yaitu ketika mendukung sektor basis.

Model ekonomi basis dapat di rumuskan sebagai berikut Y = B + N dengan Y = Total Aktivitas Ekonomi, B = Ekonomi Basis, N = Ekonomi Non Basis.

Dalam teori pertumbuhan ekonomi ini banyak sekali fase fase yang dilalui yaitu yang pertama adalah teori basis, teori non basis dan juga teori keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif sendiri mempunyai sebuah makna yaitu suatu ukuran relatif yang menunjukan potensi keunggulan komoditas tersebut dalam perdagangan di pasar bebas atau kondisi pasar tidak mengalami distorsi sama sekali.

Dalam mencapai pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan teori keunggulan komparatif untuk mendapatkan hasil yang maksimal harus melakukan beberapa komponen yaitu

  • Menentukan komoditas apa yang akan di prioritaskan dan di unggulkan yang memiliki keunggulan komperatif
  • Apakah komiditas tersebut memiliki prospek keberlanjutan yang memadai
  • Mengetahui kekuatan dan kelemahan serta juga harus mengetahui ancaman yang akan dihadapi di masa yang akan datang
  • Kebijakan apa yang akan diterapkan untuk memaksimalkan keunggulan komperatif ini

Dalam wilayah Wonosobo sendiri terdapat sebuah komoditas yang akan dikembangkan contohnya saja yaitu Kubis , disana cukup mudah dan banyak dijumpai kubis hal ini bisa digunakan untuk menjadi keunggulan komperatif maupun kompetitif.

Dalam hal ini sudah dilakukan penelitian yaitu nilai keofisien PCR antara 0,854-0,875 sedangkan hasil DRC adalah 0,660-0,662 hal ini bisa disimpulkan bahwasanya nilai DRC <1 dan PCR <1 menunjukan bahwa kubis mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif.

Artinya untuk menghasilkan  satu satuan nilai tambah pada harga sosial dan privat diperlukan penggunaan sumberdaya domestik lebih kecil dibandingkan dengan yang lain. Sehingga untuk wilayah Wonosobo sendiri akan lebih menguntungkan apabila mengembangkan usaha  produksi dalam negeri dibandingkan melakukan impor.

Komoditas kubis di wilayah Wonosobo akan mengalami keunggulan komperatif akan tetapi juga akan mengalami kegagalan jika tidak di imbangi dengan langkah pembenahan terutama jika orientasi pasarnya tertuju pada eskpor.

Bukan hanya ekspor saja akan tetapi impor juga akan mengalami kegagalan jika  jika mengalami disinsentif dalam usaha bertani.

Hal ini beberapa harus dibenahi yaitu rendahnya kualitas usaha tani dan produktivitas, peningkatan harga jual komoditas kubis, harga sarana produksi dan distorsi pasar input maupun output cukup besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline