Bacaan Minggu 9 Januari 2022
Luk 3:15 Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias, 16 Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. 21 Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit 22 dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."
Renungan
Pagi ini sepulang dari perayaan ekaristi, bertemu dengan seorang ibu tertatih-tatih dengan alat bantu jalan di tangan. Saat berpapasan di jalan ia sharing kehidupan pribadinya. Dalam rangka kontrol periksa dokter untuk besok pagi, ibu ini pergi ke rumah tetangga yang kerap menolong menghantarnya.
Sudah beberapa lama ibu itu terkena stroke. Sebagai janda, lanjut usia, tapi kaya. Ia cerita di rumah ada empat buah mobilnya. Tapi tak ada sopir. Menurut pengakuannya, anak, menantu dan cucu-cucunya sudah bosan merawatnya. Dengan berlinang air mata, berkali-kali ibu ini berucap dirinya masih mau hidup. Tapi anak menantu dan cucunya ingin yang sebaliknya.
Perjumpaan sekilas ini membuka sebuah kebenaran. Bahwa kekayaan dan keluarga tidak menjamin keselamatan, kedamaian, ketenangan, kesejahteraan dan sukacita kehidupan. Maka adalah pertanyaan abadi di manakah letak keselamatan, kedamaian, ketenangan, kesejahteraan dan sukacita kehidupan? Siapa pribadi sejati yang sungguh mampu memberi kepastian dan jaminan terpenuhinya keadaan hidup yang didambakan semua orang?
Bacaan Injil hari ini menarasikan jawaban atas sebuah pertanyaan abadi dan eksistensial. Saat itu, orang banyak sedang menanti dan berharap kedatangan Sang Mesias, Yang Terurapi, Sang Penyelamat dan Sang Pembebas. Ketika Yohanes Pembabtis tampil dan hadir, semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias.
Yohanes tidak menggunakan aji mumpung. Tidak punya ambisi kekuasaan dan ketenaran. Tidak mau ngibul, menipu, memanipulasi kerinduan banyak orang. Ia rendah hati. Mengakui diri bukan Mesias yang didambakan. Ia menunjuk liyan, tokoh lainnya yaitu Yesus. "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api." Yohanes membabtis dengan air. Mesias membabtis dengan Roh Kudus dan api. Babtisan-Nya berdampak bagai api, membakar, mengobarkan, mengubah, menyemangati, menerangi dan menghidupkan.
Ketika seluruh orang banyak mencari siapa Mesias yang harus diikuti, Yohanes Pembabtis menunjukkan Yesus. Dialah Sang Mesias, yang mesti didengarkan, dipilih dan diikuti. Maka saat Yesus dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."
Babtisan Yesus berbeda dengan babtisan orang banyak. Babtisan Yesus merupakan deklarasi dan proklamasi pelantikan-Nya sebagai Mesias. Tampil-Nya Yesus, membuat langit terbuka. Semula langit tertutup. Suasana mendung kelabu. Allah murka, berhenti memberikan karunia hujan relasi dengan manusia.
Kini dengan babtisan-Nya, langit terbuka. Mendung berubah jadi hujan berkat dan koneksi dengan manusia. Murka Allah berhenti. Allah mengasihi manusia. Zaman Yesus adalah zaman semakin berdampaknya kuasa Roh Kudus dalam kehidupan. Zaman orang kembali menghayati relasi pribadi yang intim dengan Allah, bagai relasi anak dengan bapak. Relasi yang melahirkan pendamaian, pemulihan, rekonsiliasi dan pengampunan. Relasi yang membuat Allah berkenan kepadanya.