Bacaan, Selasa 11 Mei 21
Yoh 16:5 Dalam amanat perpisahan-Nya ,Yesus berkata "Sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorangpun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi? 6 Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita.7 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. 8 Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; 9 akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; 10 akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; 11 akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum".
Renungan
Keponakan ini begitu dimanja ayahnya. Sekalipun sudah mahasisiwi masih disuapi. Sekalipun sudah dibeliin sepeda motor, namun kemana-mana dihantar dan dijemput. Tidak diijinkan bersepeda motor. Kawatir terjadi kecelakaan. Suatu ketika ayahnya meninggal mendadak. Serangan jantung. Keponakan ini pingsan, sadar, pingsan sadar, begitu seterusnya sampai pemakaman ayahnya dilaksanakan. Pendidkan ala ayahnya dirasa cukup. Allah mengambil alihnya. Allah sedang mendewasakan dan memanusiakannya. Tiga bulan sesudahnya, perjalanan ke kampus yang berjarak 30 km dari rumahnya menjadi menu keseharian. Bahkan dari kampus pulang jam 22.00 pun biasa dilakoninya. Ia semakin dewasa dan manusiawi.
Bacaan Injil hari ini menarasikan bagaimana Yesus memproses murid-murid-Nya untuk menjadi dewasa sepeninggal-Nya. Yesus akan kembali kepada Bapa, Allah yang benar, Allah yang kasih-Nya tanpa batas. Rupanya hal ini tak mereka pahami. Mereka tidak sungguh mempertanyakan kepergian-Nya. Mereka tidak sepenuh hati mencari makna dan dampaknya bagi relasi mereka dengan-Nya.
Pikiran dan kehendak mereka beda dengan pikiran dan kehendak-Nya. Mereka mau bersama-Nya, aman, nyaman, mapan. Kepergian, perpisahan dengan-Nya jangan sampai terjadi, menyedihkan. "Sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorangpun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi? Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita."
Seperti keponakan itu menjadi mekar, merdeka dan manusiawi, demikian mereka mesti memiliki mata hati, mata iman, mata rohani karena kpergian-Nya kembali kepada Bapa, Allah yang benar, Allah yang kasih-Nya tanpa batas. Kepergian-Nya tidak akan memiskinkan mereka, tetapi akan memekarkan, memperkaya, mencerdaskan, memerdekakan, memanusiakan dan menyempurnakan mereka. "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu" Roh-Nya akan mendampingi mereka.
Dengan kepergian-Nya, Roh Kudus akan menyertai mereka dalam perjuanganya melawan dunia. Dunia tempat mereka hidup yang cenderung meninggalkan Allah yang benar, Allah yang kasih-Nya tanpa batas. Dunia yang lebih menyukai kegelapan, kepalsuan, kesesatan, kebengkokan, kepura-puraan, kekeliruan, kejahatan, kekerasan, kekacauan, kegaduhan, kericuhan, kesewenangan, keangkuhan, kebencian, kekejaman, kebengisan, keterpecahan, kerusakan, kepentingan diri, permusuhan, dan puncaknya kematian.
Bersama Roh Kudus, Roh-Nya, mereka akan mengalami dan melihat secara gamblang terang benderang lebih jelas, posisi diri dan dunia. Roh-Nya memanggil mereka untuk berpihak kepada terang, kebenaran, kelurusan, kejujuran, keadilan, ketaatan, belas kasih, pelayanan, kelembutan, keindahan, keteraturan, kesejatian, kesatuan, kerendah hatian, kepentingan liyan, persaudaraan, dan puncaknya kehidupan yang semakin utuh, penuh, menyeluruh. Posisi mereka berseberangan, bertolak belakang dengan trend dunia.
Bersama Roh-Nya, mereka berada pada posisi suci, benar, posisi ilahi. Berhadapan dengan para murid-Nya yang suci, benar, ilahi karena Roh-Nya, trend dunia semakin terlihat jelas berada pada posisi terdakwa, pendosa, salah celaka, tidak selamat, posisi terhukum. Orang Jawa bilang "Sing salah, slh". Siapa salah, sejatinya kalah, pasrah, menyerah. "Kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum"
Aapakah yang dapat ditarik dari permenungan ini? Suatu ketika diri ini ditinggal mati suami, istri, anak, cucu, dkk mampukah memaknai sebagai pendidikan ilahi untuk semakin mendewasakan dan memanusiakan? Bagaimana mengaktualkan hidup benar sebagai manusia benar berkat Roh-Nya yang memperkenalkan-Nya sebagai Allah yang benar, Allah yang kasih-Nya tanpa batas? Di mana trend posisi hidup diri ini? Kerasukan Roh-Nya, atau roh dunia?