Lihat ke Halaman Asli

Akulah Pokok Anggur yang Benar!

Diperbarui: 5 Mei 2021   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan, Rabu 5 Mei  21

Yoh 15 :1"Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. 2 Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. 3 Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. 4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. 5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. 8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."

 

Renungan

"Aja nglungguhi bantal, mundhak udunen!". Jangan duduk di atas bantal, nanti terkena bisul. Sebuah kearifan lokal Jawa untuk mendidik generasi mudanya.  Yang pokok bukan narasi yang tersurat, melainkan yang tersirat.  Bantal peralatan tidur, untuk menyangga kepala, bagian tubuh yang dimuliakan. Dengan duduk di atas bantal berarti menempatkan bantal di bawah pantat, bagian tubuh yang tidak pantas,  tempatnya di belakang..  Ini perbuatan tidak sopan, kurang ajar, mengurangi penghargaan terhadap kepala. Cara efektif untuk menyampaikan pesan pendidikan ini, dengan menarasikan akibatnya "udunen",  penyakit bisul. Dengan pesan ini mau dilatihkan pembiasaan hidup benar, tidak duduk di atas bantal.

Bacaan Injil hari ini menggunakan narasi perumpamaan untuk mengungkapkan  suatu kebenaran. Konteks narasi adalah khotbah perpisahan. Cepat atau lambat Yesus akan meninggalkan murid-murid-Nya.  Sepeninggal-Nya, dapat saja terjadi para murid akan meninggalkan-Nya dan kembali ke ajaran Musa. Persekutuan hidup di antara mereka akan menjadi renggang. Atau akhirnya mereka mundur  saat dihadapkan dengan berbagai kesukaran karena nama Yesus.

Narasi Injil ini mengungkapkan kebenaran hubungan yang erat antara murid dengan Yesus Tuhan. Relasi Kristus dengan para murid-Nya dilukiskan dengan menggunakan kenyataan hidup begitu familiar, tanaman anggur. Mereka mengenal proses pemeliharaan tanaman anggur. Ranting-ranting yang tidak dapat berbuah dipangkas, tunas-tunas kecil dipotong, supaya getah tanaman lebih kuat mengalir pada ranting yang akan berbuah.  Pembersihan ranting kadang menjadi begitu drastis sehingga hanya pokok anggur saja yang tinggal, dan semua ranting yang ada dibuang.

Orang beriman mewartakan Yesus Kristus sebagai pokok anggur yang benar.  Didalam-Nya tidak ada kepura-puraan, kepalsuan tipuan, tiruan, dan rekaan. Kristus bukan tumbuhan liar. Dia Firman yang memanusia. Bersatu dengan-Nya akan "berbuah" Terlebih pada saat mereka mengalami aneka kesulitan, penderitaan, penganiyaan, pengucilan karena nama Yesus Kristus. Seakan mereka sebagai ranting sedang mengalami proses pemeliharaan dengan  pembersihan, pemotongan. Menyakitkan memang, tapi penting dan berguna untuk dapat berbuah.limpah.  

Sebagai bahan refleksi diri, baik jika bertanya :  Dimanakah posisi kehidupan diri kini? Masih tetap tinggal bersama Kristus? Atau melepaskan diri dari pada-Nya? Ketika mengalami kesulitan karena kristianitas,  masih tetapkah  bertabiat, berpembawaan, bersikap, bertuturkata, berperilaku dan bertindak  kristiani?  Ditengah kemunafikan, kepalsuan, kepura-puraan, tetap setiakah berbuat kebajikan, jadi teladan kesucian, kesejatian dan kebenaran? Yang hidup benar, hidup penuh syukur  sukacita  semangat, jadi berkat, pada saat untung dan malang, saat suka dan duka, saat sehat maupun  sakit.  Ini  misteri. Menjadi manusia benar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline