Lihat ke Halaman Asli

Persekusi, Resiko Jadi Kristiani!

Diperbarui: 3 Maret 2021   12:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan  Injil  hari ini, Rabu 3 Maret 2021 (Mateus  20:17  -28)

Mateus 20 : 17 Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan:  18 "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. 19 Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." 20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya.  21 Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." 22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat."  23 Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya."  24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.  25 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.  26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,  27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; 28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Renungan

Penganiayaan terhadap orang Kristen adalah penganiayaan sebagai konsekuensi dari kesaksian iman. Mula-mula dianiaya bangsa Yahudi, lalu oleh kekaisaran Romawi yang menguasai tempat kekristenan awal menyebar. Open Doors Inggris memperkirakan tahun 2010 sekitar 100 juta orang Kristen mengalami penganiayaan. Penganiayaan itu cenderuing terus meningkat. Negara dengan tingkat penganiayaan  paling tinggi adalah Korea Utara. Sedangkan Indonesia pada urutan 48.

Informasi terkait penganiayaan terhadap orang Kristen dapat dijadikan titik tolak merenungkan Injil hari ini. Sejak awal kekristenan,  penolakan, penganiayaan, penderitaan, persekusi dan pembunuhan memang sudah menyatu menjadi bagian hidup. Injil mengisahkan Yesus dalam perjalanan menuju Yerusalem, melihat dengan jelas resiko yang menghadang-Nya. Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri. Yesus memberitahukan penderitaan untuk ketiga kalinya, dengan lebih rinci. Diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat dan dijatuhi hukuman mati Ia diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, diolok-olok, disesah, disalibkan pada hari ketiga  dibangkitkan. Kebencian orang-orang Yahudi dan  bukan-Yahudi, membawanya ke Golgota  demi kemenangan kebenaran, kebaikan, kehidupan bersama-Nya, keselamatan.

Dengan berulang kali membicarakan penderitaan yang bakal dialami-Nya sebenarnya mempersiapkan murid-Nya untuk  akrab dengan salib. Jangan pangling. Penderitaan adalah resiko  pilihan mengikuti-Nya.. Dapat menimbulkan ketakutan, membuat ciut hati, namun bersama-Nya mesti menghadapi tanpa gentar, gemetar pudar pantang menyerah terkulai.patah. Siap dengan kesulitan dan bahaya. Maju tak gentar karena benar. Sebab melalui salib  masuk ke dalam Paskah, kebangkitan mulia. Itulah jalan hidup-Nya. Sekaligus jalan hidup setiap orang Kristen, pengikut-Nya. Yang dialami Sang Guru dialami sang murid pula..

Namun sayang ibu anak-anak Zebedeus beda yang dipikirkannya. Kekuasaan yang diincarnya.  .Padahal kekuasaan dekat dengan kelicikan, kebusukan, penggunaan segala cara, tipu muslihat dan kekerasan. Dan penggunaan kekuasaan seperti inilah yang sedang dipraktekkan pemimpin agama dan negara untuk melibas Yesus dan murid-Nya. Lord Acton mendalilkan, power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely, tampaknya tepat untuk menggambarkan penguasa yang menyalahgunakan kekuasaannya Ya memang di sepanjang tempat dan waktu, akan selalu ada diantara pengikut-Nya yang gagal menangkap frekwensi gelombang kebenaran-Nya..

Dari  dulu, sekarang dan seterusnya, akan selalu ada persekusi, pemburuan sewenang-wenang terhadap seorang atau sejumlah warga kristiani untuk ditangkap, disakiti, dipersusah, atau ditumpas.  Bukan karena kejahatan atau pelanggaran hukum, tetapi semata karena jadi Kristen. Sulit mendirikan tempat ibadat. Digeruduk massa, dibubarkan, dilempar batu, telur busuk dan kotoran  manusia, saat adakan doa bersama di rumah, Tidak diberi kesempatan jadi pejabat pemerintahan, dihambat karirnya, dst. Persekusi,resiko pilihan jadi kristiani. Tetap bernyali, sabda Yesus sedang digenapi. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. (Mat 5 :11)  "Semuanya ini  Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa  dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan ,  bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.  Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.  Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat,  bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu." Yoh 16 :1 -4)  Ironis dan tragis. Persekusi disangka sebagai berbuat bakti  bagi Allah.

Bagaimana menghadapi persekusi?  Dengan contoh cantik, Stefanus ketika dirajam berdoa: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku. Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka! " Dan dengan perkataan itu meninggallah ia. (Kis  7 : 59 -- 60).  Ia mengikuti jejak sikap Sang Guru terhadap penyalib-Nya: "Ya  Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat"(Luk 23:34)

Pernahkah kecewa, mau undur diri sebagai orang  kristiani karena maraknya tindakan persekusi? Masihkah punya hati  untuk para aktor persekusi? Selalukah  memintakan berkat bagi para pelaku persekusi? Sudahkah mendoakan agar mereka dijamah dan dijadikan alat pewartaan Injil sebagai Paulus-Paulus masa kini di sini? Tetap konsisten dan koneskuen, siap memikul salib, mengikuti Yesus yang tersalib  menjadikan hidup orang kristiani penuh syukur  sukacita  semangat jadi berkat,  Ini sebuah misteri dan penyelenggaraan ilahi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline