"Dulu ada lebih dari 150 pedagang asongan yang berebut pembeli namun sekarang sepi," kata Aziz salah satu pedagang asongan di pelabuhan.
Besi-besi tua yang makin hari makin berkarat. Ruko-ruko pertokoan tertutup rapat, sampah hilir mudik terbang berserakan dimana-mana. Terminal pelabuhan sepi melompong, hilir mudik kendaraan menyepi. Bapak asongan duduk melamun sembari menahan kantuk. Begitulah kenyataan tentang Pelabuhan Kamal Madura kini.
Pedagang asongan hanya bisa merundung pilu meratapi nasib. Begitu pula dengan puluhan tukang becak, sopir angkot, asongan, hingga pengemis yang pilih alih profesi lain yang lebih pasti. Dari pada harus berburu pengharapan di pelabuhan ini.
Sebagian lagi meradang, hanya bisa mengenang tentang kisah dulu ketika pelabuhan masih jaya-jayanya. Masih teringat bagaimana desakan penumpang kapal, dan padatnya hilir mudik kendaraan roda dua dan empat lalu lalang. Suasana ramai riuh desak-desakan antar pejalan kaki pulang dan pergi dari rantaun.
Pemandangan indah melihat kegagahan Jembatan Suramadu dari Pelabuhan Kamal. Berdiri dengan kokoh karya cipta anak bangsa. Pemerintah sukses bangun jembatan ini sebagai penyambung daratan Madura dan Jawa. Berusaha mengbangkitkan asa tanah Madura yang dikatakan terbelakang. Hadirnya Suramadu diharapkan menjadi alat percepatan ekonomi masyarakat Madura. Tapi tidak sumudah itu Ferguso.
Beberapa kucing-kucing liar asik mengorek-ngorek sisa makanan di tempat sampah. Menandakan Pelabuhan ini masih punya asa untuk menopang makluk hidup sekalipun kucing liar.
Nasib pelabuhan kian hari makin tak tentu. Berulangkali hembusan kabar angin wacanakan untuk menutup Pelabuhan Kamal kian menggema. Banyak yang tak rela bila pelabuhan ini harus ditutup.
Pelabuhan ini masih punya asa. Masih banyak penumpang memanfaatkan kapal ini sebagai alternatif transportatasi. Khususnya mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura. Masih merasa nyaman dengan armada kapal yang ada.
Teringat beberapa waktu kemarin Presiden Jokowi telah berhasil untuk menggratiskan Tol Suramadu. Tanpa digratiskan Suramadu Pelabuhan Kamal tetap sepi, apalagi sekarang gratis ini pukulan yang berlipat ganda. Kini ia tampak sepi suram tak seceria kala mudanya dulu.
Beberapa petugas karcis, petugas pelabuhan, tukang ojek, angkot, asongan, warung makan, dan yang lainnya masih bertahan. Meskipun jumlahnya tidak sebanyak dulu. Mereka yakin Pelabuhan Kamal masih bisa menjadi tempat pengharapan mengais rezeki.
Hingga saat ini hanya hanya ada tiga kapal yang beroperasi: KMP Tongkol, KMP Gajah Mada, dan KMP Jokotole yang masih eksis hingga kini yang masih jadi andalan. Jumlah ini sangat miris turun drastis dari jumlah sebelum mencapai 19 kapal yang beroperasi.