Lihat ke Halaman Asli

Bingar Bimantara

Mahasiswa Mager

Demo Mahasiswa Kini yang Kurang Greget

Diperbarui: 5 Januari 2019   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apakah ingat suara kabar tentang mahasiswa berdemonstrasi terakhir kapan?" tanya salah seorang mahasiswa kupu-kupu. Mungkin kemarin. Entahlah, saya sendiri sudah lupa, tapi dulu sudah pernah kok.

Hmmm, kalian sering tidak mendengar ungkapan mahasiswa masa kini? Masa nggak tahu sih, yang waktunya dihabiskan buat nongkrong di warung kopi atau kencan bercumbu mesra dengan si doi. Ada juga yang konsentrasi dengan layar miringnya adu jago di dunia virtual Mobile Legend. Astagfirullah, bukan bermaksud untuk suudzon, hanya menduga saja kok.

Warung kopi kini sudah tak asik lagi. Dulunya adalah wahana asik media diskusi. Adu debat dan adu mulut tanpa batas bila tak sependapat boleh saja untuk menggebrak meja warung. Asal pemilik warung tidak menyuruh kita keluar atau tidak menyiram kopi diwajahnya kita. 

Warung kopi lembaga non formalis tempat yang asik  ditambah bila  dapat kopi gratis.  Namun kini hanya tempat asik nongkrong para pencari wifie dan memadu kasih berdua. Bilangnya mau ngopi pesenya es warna-warni. "Lebih seger kuy," katanya. Kini aku rindu dengan tempo dulu.

Umpatan masyarakat yang pandangan kepada mahasiswa kian hari semakin memburuk. Ketika mahasiswa berteriak dengan penuh semangat menyuarakan nasib rakyat di depan gedung pemerintahan atau gedung DPRD, kok malah dihujat sama masyarakat? Kalau saya sendiri yang demo, ya pulang. Sudah dibela-belain mblolos kuliah, malah kena hujat. 

Namun kenapa bisa marah masyarakatnya? Padahalkan yang disuarakan katanya kepentingan rakyat? Hmmm, lantas siapa yang salah atau memang yang disuarakan bukan kepentingan rakyat?

Sekarang ini kenapa ya demo mahasiswa kenapa ya kurang greget? Beda saja sama cerita-cerita zaman dahulu yang membuat rakyat bersimpati. Konon ceritanya bisa membuat pimpinan bergetar. Masyarakat sekarang juga dirasa kurang menghargai keberanian aspirasi dari mahasiswa sendiri. Apakah zaman memang sudah beda ya? Hmmm, entahlah.

Kemarin terdengar kabar burung yang tertiup Senin, 29 Oktober 2018 Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) datang dan berdemonstrasi menuntut janji-janji manis Jokowi-JK yang dinilai gagal. Beberapa media pun mengabarkan ada lebih 200 universitas di Indonesia, tapi kok nggak heboh ya? Kok kayaknya biasa saja? Padahal media juga sudah pesat informasinya. 

Rakyat bisa menilai. Menilai mana yang baik dan benar. Berdemo bolehlah tapi yang jelas. Katanya membawa aspirasi rakyat? Rakyat butuhnya supaya beras, garam, bawang, buah, sampai alat mandi kita tidak eskpor lagi agar produk-produk lokal kita bisa bersaing. Tidak melulu kepentingan politik saja yang kau demokan. Bukan hanya UU yang tak berefek di rakyat.

Demonstrasi ini menuntut 11 tuntutan mempersoalkan kebijakan pemerintahan Jokowi-JK, banyak lo tuntutanya tapi kenapa tidak viral ya? Atau pembaca sendiri juga baru tahu? Lebih mirip demo zaman sekarang hanya alat pencitraan dan ajang formalitas saja.

Media justru lebih reaktif mengabarkan berita jatuhnya Lion Air daripada memberitakan demonstrasi mahasiswa ini. Apakah memang demo-demo semacam ini sudah tidak menarik lagi? atau memang gairah aktivis muda zaman milinial ini sudah kendor? Mungkin sebaiknya para demonstran ini harus lebih banyak mendengar lagu Zona Nyaman agar lebih berani lagi dalam berdemo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline