Lihat ke Halaman Asli

Pluralisme "Gado2 ala Sakit Perut "

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

apakah anda tahu ,dan anda mengerti, kenapa pluralisme, atau yang lumrah saya sebut, biar semua paham, biar semua mengert,i dan biar diterima semua orang, bukan mereka, atau bahkan segolongan orang yang mengaku pada tarafan intelek saja ,maka sebut saja pluralisme itu gado-gado ,yang jelas kalau yang dijual di pinggiran jalan itu enak, dan mengenyangkan, tapi kalau produk dari barat ini selain beracun dan bisa2 bukan hanya bikin sakit perut tapi bisa bikin kesakitan dalam kehidupan dan ketika nanti kita menghadapNYA (kapok mu kapan ) ,...................... lho gimana tidak orang2 dinegeriku rame2 bikin sensasi ada yang memperjuangkan dan ada yang rela ngotot-ngototan agar si A atau si B misalnya untuk digelari bapak pluralisme atau pejuang plularisme ,lhoo apa to ini mbok biarkan yang pergi mengahadap ilahi itu tenang jangan ditambahi dengan dosa dosa yang baru dan akan kita buat membuat amalan2 menjadi jariatu suuu' yang nanti bakal ditanya ketika berjumpa dengaNYA ,,,,,,,,,,,.......................... dan anda ndak usah ngotot memaksakan gado2 yang beracun ini untuk dimakan dan dikonsumsi oleh warga negara indonesia yang untungnya masyarakat indonesia ini harusnya mempunyai dan bahkan mendapat gelar manusia dan warga dunia paling toleransi sedunia , lho gimana tidak, anda mau jualan apapun di tanah bernama indonesia ini, ahlan wa sahlan ,dari yang ngaku2 keturunan nabi ,ngaku2 masih satu trah darah langsung ke kanjeng nabi muhammad saw,ada yang ngaku2 nabi baru langsung mendapat titah dari kerajaan tuhan dilangit ,ada yang bikin ajaran baru ,ada yang maunya sendiri hingga nggak bisa dan tidak mau di bedakan antara you waras atau nda (lho gimana tidak, wong manusia hidup antara manusia itu kan harus ada aturanya ,apalagi urusan memahami agama, urusan memahami perintah tuhan, perintah gusti allah, ya harus pake metodhe dong ,jangan kayak orang bikin rujak ,yang kalau kasinan tinggal tambah garam, kalau kurang pedas tambah cabe, kurang pas petisnya tambah lagi,tapi kalau kebanyakan dagingya yaaa dimakan sendiri saja ................. lho sebentar to mas ini itu tatanan ini itu ajaran yang turun dan wurud dari langit langsung kebumi itu pun bukan kayak duren jatuh atau kelapa jatuh yangt suaranya glebbuuuk untung2 kalau tidak ada manusia dibawahnya kalau ada kan bisa berabe alias bahaya ,ini itu perintah tuhan perintah sang maha kuasa yang dibawa langsung oleh ruuhul quddus jibril yang kalau sekali mengibaskan sayapnya itu bisa mengungguli lebarnya dunia ,lho anda perlakukan anda tafsirkan kok sak enake udelmu dewe ,kaya ini gado gado wae to bossss .. anda tahu kenapa kok ajaran yang campur campur tadi yang ga kenal salah dan benar saya sebut gado2 yang bisa bukan hanya sakit perut tapi bikin kita jantungan atau bahkan tersiksa bukan hanya di dunia tapi di alam barzakh sana ,lhoo lha iya to wong kalau ada yang salah harusnya dan lazimnya ada yang benar ,kalau ada yang lurus ,maka harus ada yang bengkok ,kalau ada yang gelap kan harus ada yang terang ,jangan benar semuanya lurus semuanya bengkok semuanya kan ndak gitu kalau seandainya logika dan cara berfikir kita masih jalan ,lha kalau gado2 yang enak dimakan semakin beda tambah variasi tambah enak ,lah kalau ini ajaran sakral dicampur campur bukan malah jadi obat malah jadi racun buat bangsa kita yang katanya kok sudah mirip kiamat ,,,,,,,...... lha kalo islam islam saja pelajari itu amalkan ajaranya baik2 jadi pemeluknya sopan kepada yang lain hargai semuanya jangan lantas pengen dianggap sopan pengen dianggap tepo sliro lalu ajaran kau campur2 yang lurus dibengkok-bengkokan yang benar disalah salahkan supaya terlihat teduh ... lha ini malah bukan teduh nantinya ,wong islam itu sudah teduh tanpa anda campur dan uleg menjadi ramuan bernama pluralisme, anda bumbui garam dari lautan yang tidak jelas jluntrungan dan asalnya, dengan embel2 liberal, dengan embel2 fundamental, kanan, dan kiri (wong nyatanya allah sendiri sudah jelas, tegas, islam bukan kanan ,bukan kiri, bukan fundamental, bukan radiikal, apalagi kok teroris , dan islam itu rahmatan lil alamiiin , pak dhe- pakde apa yang diharapkan dari bangsa yang terlampau besar in,i kalau kita makin membuktikan perkataan panutan kita, kanjeng nabi muhammad saw, bahwa kitalah yang ternyata menjadi bui dan busa paling banyak ditengah ummat ini ,di percaturan, dan carut marut dunia ini )... ya kalau anda kristen ,ya kristen saja ,hindu, hindu saja, budha,budha saja, wong tanpa disama-samakan kita juga dari dulu juga bisa akur, bisa rukun ,lalu kenapa harus ikut2 mereka, kenapa harus dengar kata mereka, wong buktinya bangsa ini dari dulu mampu untuk bagkit, dan berdir,i walau pun harus merangkak, tapi kan mampu ,ya kitanya sendiri yang ingin ngobok2 ,ingin membikin keruh, alih-alih kita ingin mancing didalamnya , ya kalau mau cari ikan buat makan, atau mau cari nasi, atau apalah, mbok mancing yang baik, mbok ya nanam yang baik, ndak usah seperti itu ,(wong intinya nggak jauh dari perut saja kok pak dhe2, ndak usah bilang idealis lah, sok kritis atau apalah ,hehehhehehe ) ya semoga saya ,anda ,kita ini, ndak terlalu lancang untuk ngobok2 ajaran yang sudah tsabit ini, sudah tetap, dan sudah lengkap ini ,ndak usah ditambah, dan ndak usah dikurangi ,wong apa lho kita ini? cuman hambaNYA, cuman makhlukNYA, cuma pesuruh yang di amanahi untuk menaungi bumi sebagai simbol dari sifatNYA ,yang maha kasih, dan maha penyayang itu ,lha kok sekarang kita malah nantang ,kita malah berani untuk memantatiNYA, istilahnya kan gitu, yo mbok jangan pak dheeeeee ......................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline