Lihat ke Halaman Asli

Fauna Endemik Kerinci Mulai Terganggu Aktivitas Pendakian

Diperbarui: 9 Agustus 2015   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gunung Kerinci merupakan salah satu gunung berapi di Indonesia yang masuk dalam wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Gunung Kerinci merupakan wilayah konservasi yang didalamnya menyimpan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna. Keanekaragaman fauna di dalam wilayah TNKS ini salah satunya adalah Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) dan hewan-hewan endemik lainnya. Hewan-hewan endemik di Gunung Kerinci contohnya adalah species burung. Kurang lebih terdapat 35 species burung endemik asli Kerinci yang sulit ditemui di wilayah lain.

Burung-burung endemik ini kini mulai jarang ditemui di sekitar jalur pendakian Gunung Kerinci. Awalnya burung-burung endemik ini kerap ditemukan di sekitar jalur pendakian Gunung Kerinci. Hal ini menuai perhatian dari kalangan pecinta bird watching untuk menikmati keindahan burung-burung di sekitar Gunung Kerinci.

Namun pada akhir-akhir ini, fauna-fauna tersebut mulai sulit ditemui di wilayah TNKS. Hal ini dikarenakan oleh meningkatnya jumlah pendaki di Gunung Kerinci. Dengan kata lain habitat burung-burung ini mulai terganggu karena ramainya pendaki yang memasuki wilayah TNKS. “Jalur pendakian di Kerinci mulai ramai sejak tahun 2010, terlebih pada momen-momen tertentu seperti tahun baru dan 17 Agustus”, kata Subandi selaku guide Pendakian Gunung Kerinci. Penikmat  bird watching mulai menurun, namun disisi lain jumlah pendaki mulai meningkat.

Pemilik Homestay Subandi ini juga menuturkan bahwa siklus jumlah pendaki mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 1992-1997, jumlah pendaki relative meningkat dan mulai menurun pada tahun 1997-2000, hal ini dikarenakan adanya gejolak perekonomian pada masa krisis moneter. Pada tahun 2000-2002 aktivitas pendakian mulai meningkat kembali dan relative  stagnan sampai sekarang.

Awalnya para guide dan pemilik homestay yang tergabung dalam sebuah organisasi Ecorural Development Travel yang berkembang pada tahun 2000an, mulai mengembangkan potensi wisata di sekitar Gunung Kerinci, potensi guide dan porter, serta penjualan souvenir untuk pedaki di Gunung Kerinci. Aktivitas pendakian tentu saja menuai dampak negative pada habitat flora dan fauna di wilayah TNKS. Kini semakin sulit ditemukan fauna endemik khas Kerinci khususnya burung. Padahal jika terdapat sinkronisasi dan pengelolaan yang baik antara pihak TNKS dan para pendaki untuk mewujudkan dan mengembalikan ekosistem serta habitat burung-burung tersebut, tentu akan meningkatkan jumlah kunjungan. Sebagian besar para penikmat bird watching adalah para wisatawan mancanegara dan beberapa wisatawan local, yang mampu menjadikan perekonomian disektor pariwisata khususnya di Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro berkembang dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline