Lihat ke Halaman Asli

Dan Malam Itu

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lalu malam itu milik siapa?
Aku bertanya sembari bersandar dibalik aren yang berjajar
Aku melamun sembari mengeja kata demi kata yang tergambar di langit
Dan dari kejauhan aku melihat kehadiranmu yang berselimut ombak
Dan dari kejauhan aku mendengar nafasmu yang terburu beriringan dengan gempuran ombak
Yang menghantam karang-karang
Menyeret pasir-pasir hitam
Dan menggulingkan angan-angan yang terbang bersama angin

Lalu malam itu aku apa?
Engkau yang muncul bersama gemerlap bintang
Engkau yang muncul bersama terang rembulan di balik gelap malam
Dan dari dekat engkau menjelma bagai butiran pasir yang halus menyapaku
Dan dari dekat engkau menampakkan kelembutan seperti hembusan angin dibalik rambutku
Yang kemudian merasukku
Membawa aku terbang
Lalu menghabiskan malam denganmu

Lalu malam itu engkau siapa?
Aku yang memandangmu tanpa henti, sejenak heran dan bertanya-tanya akan hadirmu
Aku yang membayangkanmu setiap menit, sejenak mengkorelasikan keindahan bumi dengan kemegahan langit
Dan dari situ aku tak bisa menyapamu namun bisa mersakanmu
Lewat getaran yang kau pancarkan
Lewat mimpi yang kau sematkan dibalik tidurku
Lewat kegundahanku yang entah mengapa
Karena anginpun tak sanggup mengartikannya

Lalu malam itu mimpi apa yang kau hadirkan?
Aku berlari di taman bunga yang luas dengan bunga cinta yang sengaja kau hias
Aku menari di tepian pantai dengan ombak yang buas yang menghantamku
Dan aku terjatuh bersamamu dibalik rayuan malaikat cinta
Dan mengapa kita enggan untuk bangkit bersama-sama
Padahal kita tau kita sedang jatuh, tapi entah kemana
Tak jelas arahnya, tak tau tujuannya
Apakah itu hanya mimpi dan sekedar mimpi

Lalu malam itu tafsir apa yang kita artikan?
Engkau yang berkata peramal tak selamanya benar, dan memang tak benar
Engkau yang berkata apa yang kita tafsirkan hanya sebatas mimpi
Dan aku berlari sangat jauh, jarak yang membentang sungguh jauh
Dan jarak yang menjadi rintangan berusaha kulipat agar tak jauh
Sungguh mengertilah bahwa aku terlalu lelah
Jarak dirintangan yang kita lewati sungguh jauh
Dan setiap malam aku bermimpi bahwa kakiku dari roda, dan tubuhku dari mesin

Lalu malam itu kita siapa?
Aku yang berdiri menatapmu hanya sebatas dekat tanpa batas
Aku yang berjalan menggandengmu seperti menggabungkan bumi dan langit
Dan apakah engkau percaya bahwasannya langit juga pasti gelap
Dan apakah engkau percaya bahwasannya aku bisa menjelma menjadi kegelapan itu
Semakin kelam kita berada dalam peraduan
Semakin tak tau engkau memposisikan bintang-bintang agar terlihat indah dan beraturan
Berjalanlah, mengalirlah, menjelmalah bersama malam
Bersama guratan-guratan yang kita buat
Hingga kita tau tau lagi bahwa disana ada pucuk kelapa yang melambai bersama cintanya

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline