Becak merupakan salah satu transportasi tradisional yang masih bertahan sampai sekarang di Daerah Istimewa Yogyakarta. Melalui tangan Pak Sutopo, transportasi ini disulap menjadi perpustakaan berjalan, diberinya nama Becak Pustaka. Kehadiran becak ini menjadi salah satu gerakan revolusioner di era krisis membaca.
Pak Sutopo sendiri tidak kalah menarik, ia mengundang rasa penasaran kita akan hidupnya. Berikut fakta-fakta mengenai Pak Sutopo, yang barangkali bisa menjadi cerita istimewa dan inspirasi bagi teman-teman semua.
1. Pak Sutopo dulunya mahasiswa seni ASRI Jogja
Walaupun tidak selesai, Pak Sutopo pernah selama 2 tahun menempuh pendidikan seni reklame di Akademi Seni Rupa Indonesia Yogyakarta (ASRI), sebelum menjadi ISI Yogyakarta.
Jiwa seninya tetap mengalir, ia salurkan ke becaknya menjadi penuh warna, dan typography menggugah mata. Dinding-dinding di tempat ia tinggal juga tidak luput dari sasaran ekspresi seninya.
2. Tetap kuat dan bersemangat, di usia 72 tahun
Usia tua bukan halangan. Becak penuh buku, penumpang, terik matahari siang, jarak kayuh yang jauh, ialah biasa baginya. Rahasianya barangkali pada usia mudanya, Pak Sutopo setiap harinya berolahraga rutin dan sering mengikuti lomba lari maraton.
3. Semua kenal Pak Sutopo
Di sekitar tempat dia biasa mangkal, orang-orang tidak asing dengan nama Pak Sutopo. Tinggal sebut namanya, atau "becak yang ada bukunya", mereka siap memberi arah dan menunjukkan spesifikasi lengkap, seperti, pukul berapa Pak Sutopo datang, pulang, ke arah mana Pak Sutopo mengantar penumpang, dan masih banyak lagi.
4. Becak Pustaka hadir atas bisikan Tuhan
Tahun 2004, adalah dimana semuanya bermula. Pak Sutopo cukup religius, bijak, dan begitu menenangkan hati isi ucapannya. Ide Becak Pustaka ia didapatkan dari bisikan Tuhan. Bagaimana hingga menjadi seperti sekarang, ia hanya menjalankan sebagaimana jalan hidup membawa.