Lihat ke Halaman Asli

Meningkatkan Daya Saing Angkutan Umum Konvensional (Bagian 1 dari 2 Tulisan)

Diperbarui: 4 April 2017   17:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Seperti janji saya sebelumnya, kali ini saya mau coba menuliskan pemikiran saya (yang mungkin agak sotoy dan lebay hehe) tentang angkutan umum konvensional vs online.

Dalam tulisan ini, pertama akan dikemukakan kekurangan dari angkutan umum konvensional yang membuat mereka seolah ditinggalkan konsumennya. Kedua, saya akan fokus pada bagaimana meningkatkan daya saing angkutan umum (angkot) konvensional agar bisa lebih bersaing dengan angkutan umum atau moda transportasi berbasis online.

Saya mengangkat tema ini karena masih sedikit tulisan yang membahas tema ini dan aturan yang dibuat justru terkesan membatasi ruang gerak dan operasi angkutan umum online ketimbang membenahi angkot yang sebenarnya memiliki banyak masalah.

Akhir-akhir ini terjadi demo dan mogok masal angkot atau angkutan umum konvensional di berbagai kota yang menolak kehadiran ojek atau moda transportasi berbasis online. Alasan penolakan moda transportasi berbasis online ini karena dianggap mengurangi pendapatan angkot.

Sebelumnya setahun lalu juga pernah terjadi demo besar operator taksi yang menolak keberadaan moda transportasi berbasis online. Demo besar ini memaksa pemerintah melalui menteri perhubungan mengeluarkan aturan tentang angkutan umum berbasis online.

Dua demo di atas banyak menuai reaksi negatif dari masyarakat khususnya konsumen pengguna angkutan umum. Pengguna angkutan umum umumnya sangat terbantu dengan adanya moda transportasi berbasis online dan sekaligus merasa kecewa terhadap layanan angkutan umum konvensional.

Keluhan atas angkot atau angkutan umum konvensional terutama karena angkot yang sering ngetem sembarangan, supir ugal-ugalan, keamanan dan kenyamanan yang rendah serta sangat tidak terjamin, juga sering menaikkan dan menurunkan penumpang seenaknya sehingga bikin macet jalan.

Meski memang tidak semua supir angkot yang memiliki karakter negatif seperti yang disebut tadi dan masih ada supir angkot yang baik dan tertib, namun secara umum kondisi di atas bisa mewakili kondisi angkutan umum konvensional.

Selain perilaku supir yang tidak tertib, keluhan terhadap angkot adalah bahwa angkot tidak bisa diandalkan sebagai moda transportasi untuk bepergian. Hal ini karena meski dilayani trayek angkutan umum, waktu tunggu yang lama dan terbatasnya armada membuat banyak penumpang belum dapat terlayani dan tercover oleh trayek angkutan umum tersebut.

Berpijak dari kondisi angkutan umum konvensional yang tidak tertib dan tidak andal inilah penulis memandang perlu adanya pembenahan terhadap layanan angkutan umum konvensional sehingga mampu bersaing dengan moda transportasi berbasis online.

Penulis sendiri masih memandang keberadaan angkot masih tetap diperlukan dan moda transportasi berbasis online bisa jadi melengkapi untuk melayani penumpang atau konsumen yang belum tercover oleh angkot.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline