Berkembangnya gadget sebagai perangkat mobile telah mempengaruhi gaya hidup masyarakat saat ini. Gaya hidup masyarakat telah berubah dari konvensional menjadi berbasis layanan daring (online). Perkembangan perubahan perilaku ini semakin cepat dengan adanya pandemi Covid 19 belakangan ini.
Berbagai layanan berbasis aplikasi online ditawarkan untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat di kala masa pandemi. Termasuk dengan berkembangnya aplikasi transportasi online (Grab, Gojek, Maxim, dll), yang semakin digandrungi masyarakat dalam membantu kebutuhan sehari hari. Kemudahan akses dari transportasi daring juga dirasakan oleh penyandang disabilitas.
Para penyandang disabilitas dapat dengan mudah mengakses layanan transportasi daring dari gadget yang dimiliki. Salah satu disabilitan yang terbantu adalah low-vision. Penyandang low-vision yang memiliki keterbatasan penglihatan akut sangat terbantu dengan layanan yang disediakan di aplikasi transportasi online.
WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa low-vision adalah keadaan dimana penyandangnya memiliki daya penglihatan kurang dari 30% hingga nyaris buta total. Daya penglihatan 30% dapat diartikan dengan jika pada umumnya seseorang dapat membaca tulisan dengan dengan ukuran font 12 poin dengan baik pada jarak 45 cm, penyandang low-vision memerlukan jarak 15 cm atau lebih bahkan dekat. Jarak pandang optimal yang dimiliki penyandang low-vision lebih kurang 10-15 cm dari mata.
Objek diluar jarak tersebut menjadi semakin membayang dan kabur seiring jarak. Keterbatasan daya pandang ini memberi pengaruh terhadap proses interaksi penyandang low-vision dalam melakukan kegiatan keseharian. Para penyandang low vision akan terkendala dalam pengenalan objek, karena penglihatan yang kabur layaknya kaca yang berkabut.
Semakin meningkatnya popularitas aplikasi transportasi daring di masa pandemi juga mempengaruhi pengalaman penggunaan oleh penyandang low-vision. Sebagai penyandang disabilitas, penyandang low-vision merasakan bantuan mobilitas dengan adanya aplikasi transportasi daring.
Penggunaan aplikasi transportasi daring oleh penyandang low-vision sangat membantu kebutuhan sehari hari mereka, walaupun mereka juga masih mengalami kendala dalam mengoparikan aplikasi tersebut. Penelitian Fyang dilakukan oleh Bayu, dosen DKV UPN Jawa Timur tentang penggunaan aplikasi online pada pengguna penyandang low-vision, menyatakan bahwa penyandang gangguan penglihatan mengalami berbagai masalah penggunaan.
Penyandang low-vision merasakan aplikasi transportasi daring mudah digunakan,walaupun mengalami beberapa masalah penggunaan. Dalam melakukan berinteraksi dengan antarmuka aplikasi, penyandang low-vision kerap mengalami kendala dalam pencocokan alamat yang tertera dengan alamat yang diinginkan. kendala ini mengakibatkan mereka sering kali salah alamat dan tersesat dalam pemilihan lokasi.
Penyandang low-vision percaya bahwa teks yang tepat dapat menghindarkan dari kesalahan penentuan lokasi, walaupun pada kenyataannya sering terjadi kesalahan penentuan alamat. Masalah ini diakibatkan pengalaman keruangan yang dimiliki penyandang low-vision sangat terbatas karena masalah visual yang mereka miliki. Kendala ini menyebabkan mereka tidak bisa memilih lokasi yang tepat dan hanya fokus pada teks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H