Lihat ke Halaman Asli

SKK Migas Gagal Lakukan Transparansi Penuh

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepala Kantor Perwakilan SKK Migas di Surabaya berdialog dengan mahasiswa.

[caption id="" align="aligncenter" width="539" caption="Kepala Kantor Perwakilan SKK Migas di Surabaya (memegang mikrofon) berdialog dengan mahasiswa. (Bayu M. Wicaksono)"][/caption] Kepala Kantor Perwakilan SKK Migas di Surabaya bersedia berdialog dengan mahasiswa yang tergabung dalam Poros Pemuda Energi Jatim di luar kantor. Sebelumnya pihak SKK Migas hanya bersedia melakukan audiensi dengan perwakilan mahasiswa di dalam ruang rapat. Dialog ini baru terjadi setelah satu jam para mahasiswa menggelar aksi di depan Kantor Perwakilan SKK Migas di Jln. Panglima Sudirman, Surabaya. Kepala Kantor Perwakilan SKK Migas, Joko menjelaskan tujuan mahasiswa datang ke SKK Migas sebenarnya salah alamat jika isu yang akan dibahas adalah kenaikan harga BBM. "SKK Migas hanya bertanggung jawab mengenai masalah produksi. Setelah itu penyerahan dilakukan kepada pemerintah melalui BPH Migas," tutur Joko di hadapan mahasiswa. Pria yang merupakan lulusan teknik perkapalan ini menampik hubungan antara biaya produksi minyak mentah dan harga jual BBM. Pernyataan tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk menggunakan harga pokok produksi minyak mentah yang ditetapkan oleh lembaga asing di Singapura sebagai dasar penghitungan harga BBM. Anehnya, harga pokok produksi minyak mentah Indonesia sebenarnya dapat dihitung sendiri oleh pemerintah karena biaya produksi ini selalu diganti melalui skema cost recovery. Joko juga mengakui bahwa SKK Migas masih terus melakukan perbaikan. Namun, sebagai pekerja, dia mengaku berada dalam posisi yang sama dengan mahasiswa untuk menunggu kebijakan perubahan seperti apa yang akan dilakukan pemerintah dan DPR melalui perubahan UU Migas. "Kami tidak bermasalah jika akhirnya SKK Migas dibubarkan. Kami sebagai pekerja juga bingung, BP Migas dulu adalah anak kandung reformasi, kok sekarang dianggap seperti anak haram," keluhnya. Setelah diberondong beberapa pertanyaan, Kantor Perwakilan SKK Migas di Surabaya akhirnya bersedia menyerahkan data-data mengenai industri hulu migas kepada perwakilan mahasiswa. Kesempatan ini juga digunakan mahasiswa untuk menyerahkan sepuluh tuntutan pada aksi yang bertajuk "Jatim Gigit Jari, Setan (Sepuluh Tuntutan, penulis) Bersuara." Aksi yang dimulai sejak pukul 13.00 berakhir pasca-tercapai kesepakatan antara pihak SKK Migas dan Poros Pemuda Energi Jatim, pukul 16.00.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline