Bangun tidur melakukan rutinitas seperti halnya khalayak manusia era modern saat ini, membuka smartphone, melihat timeline dan update sosial media lainnya. “Pray for oil workers worldwide”, mungkin kira-kira seperti itu yang memborbardir halaman depan Path saya, seperti hal-nya meme lucu yang sering di post ulang oleh teman-teman, hashtag #Prayforoilworkersworldwide dibumbui oleh gambar seorang pekerja yang menggunakan coverall lengkap sembari melepas safety helmet-nya banyak di-repath oleh teman-teman saya. ini sudah tepat 2 bulan dimana harga minyak dunia makin menyelam ke titik hampir 40 usd/bbl (barel). sudah banyak isu yang merebak luas mengenai “dirumahkannya” para pegawai di lingkungan kerja bisnis oil & gas.
Project kerja di tahun 2015 beberapa oil company (perusahaan minyak) dengan terpaksa harus ditunda sampai batas waktu yang tidak diketahui. Para pekerja kontraktor minyak mungkin harus terbiasa melihat kondisi rumah mereka lebih lama daripada biasanya. Kolaps-nya oil company ini diikuti dengan banyaknya service company/ kontraktor minyak yang segera mem-PHK pegawainya. Petroleos Mexicanos (PEMEX) memberhentikan 10.000, iyaa benar anda tidak salah baca kok, sepuluh ribu pegawainya diberhentikan. Diikuti oleh perusahaan sekaliber Schlumberger dengan 9000 pegawainya, Bakerhughes juga seperti tidak mau ketinggalan, 7000 orang diberhentikan begitu saja, peringkat dibawahnya ada Haliburton, suncor energy dan lain-lain. Semua itu dilakukan di penghujung akhir tutup buku perusahaan, yakni desember 2014. Sempat gemetar juga dengkul saya membaca info ini karena saya sendiri bekerja di salah satu perusahaan minyak di Indonesia. Info dari rekan kerja service company, sebut saja blue-ranger company (karena memakai coverall berwarna biru) bercerita kalau di company-nya sedang banyak perampingan organisasi, bahkan direct report-nya sekarang emailnya sudah tidak aktif yang berarti orangnya juga sudah tidak diaktifkan. Perusahaan multi-national blue-ranger tersebut di Indonesia memecat 700 orang.
Bermula di akhir bulan juli 2014, saya menilik harga minyak dunia di www.oil-price.net yang mengalami penurunan ke angka 98 usd / bbl dari yang biasanya diatas kepala 100 usd/bbl. Awalnya saya berasumsi ini hanya fluktuatif sesaat, karena harga minyak dunia ini cenderung sering gatal-gatal dan alergi kalo tidak sampai menyentuh 3 digit di label harganya. Akan tetapi di awal bulan agustus 2014, minyak dunia seakan telah menemukan obat alerginya, ia dengan lantang dan tegas doyan bercokol di 70 usd/bbl dan terus merosot hingga hari ini yakni 44 usd/bbl.
OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries), Organisasi yang sudah jadi rahasia umum bahwa sebenarnya ini adalah organisasi akal-akalannya Amerika saja untuk mengatur laju supply and demand harga minyak di dunia, hanya bisa diam saja melihat fenomena kemerosotan harga minyak sekarang. Seperti layaknya situasi normal dan under control, OPEC seakan tutup mata melihat puluhan ribu pegawai di seantero oil & service company yang di pensiun dinikan. Ratusan oil company dan negara yang menjadikan minyak sebagai salah satu sumber devisa-nya menganggap ini siaga-1.
SNAFU (Situation Normal All F*ck Up), mungkin itu merupakan istilah yang paling tepat mendeskripsikan perasaan para negara, pegawai, pelaku bisnis yang berkutat di lingkup bisnis oil & gas. Berbalik ke era perang dunia-2, dimana Amerika dan Rusia berperang sengit dan dilanjutkan dengan perang dingin, perang kedua negara adidaya pimpinan Obama dan Putin tak akan pernah usai.
Sebenarnya siapa yang paling menang dalam kondisi kemerosotan harga minyak dunia ini sudah dapat dilihat dari penutupan mata uang dalam negeri di penutup tahun 2014. Moscow di bulan desember 2014 menjadi salah satu kota yang paling banyak dikunjungi turis mancanegara, cukup aneh memang para turis mau datang ke moscow di bulan desember kemarin, bukan karena ingin menikmati suhu temperatur dibawah 0’ C, tetapi mereka hanya datang ke moscow untuk very short transit trip mengunjungi apple store disana. Apple terpaksa menghentikan semua aktivitas penjualan online-nya di Rusia karena situasi perekonomian di negara tersebut tidak mendukung. Nilai tukar mata uang Rusia, Ruble mengalami fluktuasi yang dramatis. Dalam satu bulan terakhir, karena fluktuasi nilai tukar mata uang Ruble terhadap dollar AS, Apple harus meningkatkan banderol harga iPhone 6 di negara tersebut hingga 25 persen."Toko online kami di Rusia saat ini berhenti beroperasi sementara kami meninjau kembali banderol harga jual (perangkat Apple)," ujar Alan Hely, juru bicara Apple seperti dilansir Bloomberg, Rabu (17/12/2014) dan dikutip KompasTekno. Menurut Bloomberg, nilai tukar 1 dollar AS bisa mencapai 80 ruble, kondisi tersebut dipicu oleh penurunan harga minyak dunia hingga 49 persen dan sanksi ekonomi yang diberikan oleh AS dan Uni Eropa kepada Rusia. Fluktuasi Ruble pada November lalu telah membuat Rusia menjadi negara termurah di Eropa untuk membeli iPhone. Bayangkan saja, harga iPhone 6 hanya sekitar 700 dollar AS. Banyak turis yang berdatangan ke kota Moskow untuk membeli perangkat iPhone. Harga tersebut terus turun sebelum akhirnya Apple terpaksa harus tutup warung di Rusia. Gosip santer yang beredar saat ini, Apple inc secara prerogatif memberikan kenaikan harga untuk iPhone hanya di Rusia saja sejak Januari 2015.
Ya benar sekali, Amerika you are the man!!, kamu adalah pemenangnya. Rusia hancur-hancuran dan struggling sekali saat ini, Putin benar-benar sukses diberaki oleh Obama. Entah karena campur tangannya Rusia mengenai kasus Ukraina beberapa waktu silam yang membuat Amerika tidak terima. Seakan Obama tinggal menyebut simsalabim saja, dalam 5 bulan perekonomian Rusia porak poranda.
Minyak dan gas merupakan salah satu devisa terbesar negara Rusia, dengan harganya yang di-garage sale-kan saat ini membuat Rusia tidak dapat berkutik. Bagaimana kabarnya dengan Saudi Arabia dan negara timur tengah lainnya yang terkenal dengan penghasil minyak dunia?. Tuhan mungkin adil, isi kepala manusia produk timur tengah dan Saudi Arabia berbanding terbalik dengan isi sumber daya alamnya. Amerika, yang kita tahu sahabatan baik dengan Saudi Arabia dan beberapa negara timur tengah lainnya, hanya mengkomandokan bahwa terus genjot produksi minyak pasti akan dituruti oleh clan Arab Saudi dan teman-temannya. Entah apakah deal antara kedua negara tersebut, yang jelas saat ini Amerika sukses menghancurkan Rusia dan banyak pihak yang berkutat di bisnis oil & gas.
(Bayu L. Pamungkas / 31 Januari 2015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H