Lihat ke Halaman Asli

Menangisi Banjir

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Langit berduka

dan muramnya sungguh berat

menangis tiada henti sejak semalam

entah menangisi apa

Bumi merana

dan wajahnya semakin larat

merintih lirih menahan air mata

entah menangisi apa

Rembulan berdiam

toleran pada lara yang terbentang

memerintah sunyi pada malam

memeluk gelap pada semua bintang

Mentari bersemu

merona suam hanya seujung kuku

sekedar mengangkat ubun-ubun pertanda hadir

tanpa daya kehangatan

Aku terlena

menghitung tetesan duka

mengira-ngira beban air mata

dimana gerangan akan tumpah

segala yang tertahan

dan berbual-bual menjadi bencana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline