Langit berduka
dan muramnya sungguh berat
menangis tiada henti sejak semalam
entah menangisi apa
Bumi merana
dan wajahnya semakin larat
merintih lirih menahan air mata
entah menangisi apa
Rembulan berdiam
toleran pada lara yang terbentang
memerintah sunyi pada malam
memeluk gelap pada semua bintang
Mentari bersemu
merona suam hanya seujung kuku
sekedar mengangkat ubun-ubun pertanda hadir
tanpa daya kehangatan
Aku terlena
menghitung tetesan duka
mengira-ngira beban air mata
dimana gerangan akan tumpah
segala yang tertahan
dan berbual-bual menjadi bencana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H