Lihat ke Halaman Asli

Serie A, belum juga bangkit?

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Siapa yang tidak mengenal Italia, sebuah negara di daratan eropa selatan yang beribukota di Roma. Italia yang terkenal dengan sebutan Negeri Pizza, juga memiliki sebuah bangunan yang dikenal di seluruh dunia yaitu Menara Pisa atau Menara Miring.

Selain terkenal dengan keunikan budaya, keindahan alam serta sejarahnya yang tidak lepas dari bangsa Romawi, Italia juga dikenal sebagai negeri sepak bola. Serie A adalah liga kasta sepak bola tertinggi di Italia. Ada 20 tim yang berlaga di Serie A berebut menjadi kampiun di akhir musim atau biasa disebut Scudetto. Liga Italia atau lebih banyak orang yang menyebut Lega Calcio, merupakan gudangnya pemain berbakat dari seluruh penjuru dunia. Mulai dari Maradona, Van Basten, Ruud Gullit, Batistuta, Shevchenko, Kaka, sampai Ibrahomovic bermain di Serie A.

Era akhir tahun 90-an sampai awal tahun 2000-an, serie A begitu akrab di kalangan para pencinta bola di tanah air. Hampir tiap minggu, kita menyaksikan laga Serie A di layar kaca yang disiarkan oleh salah satu stasiun tv swasta. Pertandingannya pun disiarkan langsung pada jam-jam keluarga (antara jam 8-10 malam) jadi hampir pasti seluruh keluarga yang menyukai bola menonton laga Serie A. Berbeda dengan sekarang ini, yang kebanyakan menyiarkan siaran liga Italia pada tengah malam hingga dini hari. Membuat kita malas untuk menontonnya karena keburu ngantuk dan tidur.

Ya, era Serie A belakangan ini dirasa perlahan meredup. Bagaimana tidak, sejak kasus Calciopoli yang melibatkan banyak tim-tim besar di serie A, penonton tampaknya mulai enggan menonton serie A (khususnya di layar kaca). Apalagi, hadir tontonan yang lebih seru dan lebih menjanjikan yaitu Liga Primer Inggris yang mulai banyak disiarkan oleh stasiun tv kita. Pastinya hal itu menambah redup pamor serie A. Sedangkan di Itali sana, penonton yang datang langsung ke stadion pun menurun jumlahnya. Hal itu terlihat dari beberapa bangku penonton yang terlihat kosong di sana-sini. Berbeda dengan pesaingnya yaitu Liga Primer Inggris yang hampir setiap pertandingan selalu dipadati oleh suporter setianya.

Dari segi prestasi di eropa pun, tim-tim yang berasal dari Serie A juga tidak terlalu menonjol. Menurut data yang saya tahu, dalam 15 tahun terakhir hanya 3 kali klub Serie A menjuarai Liga Champions. Klub itu adalah Milan (2 kali) dan Inter Milan (1 kali). Bandingkan dengan liga elit eropa lainnya seperti La liga Spanyol. Total mereka telah merebut trofi Liga Champions sebanyak 6 kali dalam 15 tahun terakhir. Real Madrid dan Barcelona masing-masing 3 kali menjadi jawara. Begitu pun di kasta kedua kompetisi eropa, Liga Eropa atau dulu dikenal dengan Piala UEFA, dalam 15 tahun terakhir hanya 2 kali klub serie A menjadi jawara yaitu Inter (tahun 98) dan Parma (tahun 99).

Banyak yang menilai bahwa tim-tim serie A sebenarnya sudah bangkit dengan menjuarai Liga Champions pasca kasus Calciopoli yaitu tahun 2007 (Milan) dan 2010 (Inter Milan). Akan tetapi masih belum bisa dipastikan tim-tim serie A itu bangkit secara utuh. Lihat saja musim ini, tak ada satu pun wakil serie A di semifinal Liga Champions. Milan yang menjadi satu-satunya wakil di perempat final, terpaksa menyingkir setelah dikandaskan oleh Barcelona. Menengok kompetisi kasta kedua (Liga Eropa), hanya 1 wakil serie A di 16 besar Liga Eropa yaitu Udinese, namun sayangnya mereka gagal lolos. Dan lagi-lagi musim ini dipastikan serie A bakal puasa gelar kompetisi eropa.

Bukan cuma dari segi prestasi, serie A di musim ini memang kalah kelas jika dilihat dari statistik gol dibandingkan liga top eropa lainnya, semacam Liga Inggris, maupun Spanyol. Menurut data yang saya dapat dari http://soccerstats.com, serie A sampai pekan 31 musim ini, hanya menghasilkan total 794 gol dari 310 pertandingan yang sudah dimainkan. Jika dihitung rata-rata, berarti tim-tim serie A hanya menciptakan 2,56 gol per 1 pertandingan. Jumlah gol itu masih kalah dengan Liga Inggris. Liga yang dikenal dengan Kick & Rush-nya ini sampai pekan ke-31 menghasilkan total 870 gol dari 310 pertandingan yang sudah dimainkan. Ini berarti masing-masing tim di Liga Inggris mampu membuat 2,80 gol setiap pertandingannya. Begitu pun dengan La Liga Spanyol. Dari total 306 pertandingan yang sudah dimainkan, 848 gol sudah diciptakan. Ini berarti tim-tim di La liga mampu membuat 2,77 gol per tiap pertandingan.

Data-data di atas hanyalah gambaran secara umum tentang Liga Serie A dan perbandingannya dengan liga top eropa lainnya. Tetapi setidaknya dari data tersebut, kita sebagai pecinta bola memahami bahwa Serie A sebenarnya adalah liga yang berkualitas, penuh dengan keindahan dalam permainan sepak bolanya, tidaklah pantas jika Serie A berkepanjangan jauh dari prestasi. Para penonoton setia dan fans fanatik tentunya sudah mendambakan timnya kembali berprestasi di kancah Internasional. Semoga hal itu bisa terjadi, Serie A!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline