Lihat ke Halaman Asli

"Tak Ada Matinya"

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas menikmati film War Horseyang barusan tadi saya tonton. Kini saya harus dihadapkan lagi pada sesuatu yang menuntut kesabaran. Menunggu. Pekerjaan yang entah sudah berapa ribu tahun disebut sebagai hal yang menjemukan dalam hidup ini. Kesempatan kali ini saya diharuskan untuk kuat menunggu selama tiga jam. Demi unduhan satu film yang belum pernah saya menontonnya. Berjudul Princes Of Persia. Bertema sand of time. Ya butiran waktu.

Waktu adalah bagian terpenting dalam perjalanan hidup setiap manusia. Sebab mungkin adalah satu wadah atau tempat menampung setiap peristiwa-peristiwa. Baik yang manis maupun getir. Waktu pula yang terekam dalam pikiran saya, kalian, dan mereka.

Dari lembaran-lembaran waktu pula, saya ingin bercerita. Tapi akan lebih afdhol jika kita nikmati sebuah gita apik dari GIGI. Berjudul Sahabat. Karena para tokoh dalam cerita ini adalah sahabat-sahabat saya.

"Assalamu'alaikum..."

Salam dari bu Restu sebelum memasuki kelas kami 1C. Setelah jawaban atas salam tersebut kami jawab dengan kompak, "Wa'alaikumsalam....", serta dengan penuh kepercayaan diri. Bahwa dengan menjawab salam tersebut, seakan surga ada di depan mata. Bu Restu memperkenalkan siswa yang baru datang itu.

Suasana kelas kembali pada fase serius. Dia, siswa baru itu langsung mengambil tempat, di bangku yang masih menyisakan satu kursi kosong. Entah siapa teman sebangku dia. Saya sudah lupa. Jelasnya bukan anggota DPRD. Sebab dia duduk di kursi kelas bukan kursi yang selalu diperebutkan setiap lima tahunan itu. Namun pada akhirnya kok ujung-ujungnya bikin band bareng saya.

Dari sekilas saya perhatikan penampilan dan gelagatnya. Dia punya potensi. Gairah di bidang seninya tinggi. Paling tepat terkaan saya waktu itu adalah, dia penggemar Iwan Fals. Karena tidak salah lagi, ketika saya dapati cerpen hasil tulisannya. Terpampang di majalah dinding (mading) sekolah. Dengan menggabung-gabungkan judul lagu Iwan Fals hingga terciptalah karya tulis yang enak untuk dibaca. Dia pasti gemar membaca, kutu buku kelas berat. Kacamatanya menguatkan prediksi saya. Tidak salah memang jika pada akhirnya dia tercatat sebagai salah satu murid kreatif.

Ketika ingin menuliskan kisah ini benar-benar saya dihadapkan pada satu kegamangan. Mau dimulai dari mana? Kiri ataukah kanan? Depan atau belakang?

Manusia pada dasarnya seperti listrik. Punya dua potensi energi yang dominan dalam dirinya. Positif dan negatif. Plus dan minus. Itulah kita manusia. Mahkluk yang menghuni sebuah planet bernama bumi ini, yang masuk dalam galaksi Bimasakti.

..............................

Hartomo berjuluk Mbah Kung oleh kami teman satu sekolahnya. SMA COKROAMINOTO MADIUN. Kebetulan selama tiga tahun sekelas dengan saya. Jadi lebih kurangnya saya ingat gimana sepak terjangnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline